Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Wednesday, October 9, 2013

Cuma Gertak dan Pepesan Kosong?


Pemred, kebijakan, dan praktek jurnalistik Radar Bolmong tetap menjadi isu yang mengundang perhatian khalayak. Tanggapan pun terus berdatangan. Demi kesetaraan dan kesamaan kesempatan, setelah Ahmad Alheid (Kritik Semestinya dan Respons Emosianal), kali ini dihaturkan tulisan dari Wartawan Radar Bolmong, Chendry  Mokoginta.

Oleh Chendry Mokoginta

CUCUNDA Ginano (sebenar-benarnya bukan Gilano, kami warga Mongondow begitu menghormati para leluhur), Katamsi Ginano, belum juga berkesudahan menyebar banyak informasi yang dia kantongi tentang kondisi di Radar Bolmong. Entah sebagai duga-duga, fitnah ataukah fakta (sejauh ini, khususnya saya yang belum cukup dua bulan dinonaktifkan sebagai wartawan Radar Bolmong, masih merasa wajib melindungi "merah-putih" di dapur sendiri), sudah cukup menampar kami, wartawan di media ini.

Hampir sepekan tulisan yang menguliti sistem manajemen, keredaksian serta gobloknya penulisan dalam berita yang memicu protes berkelas Anda, tak juga disahuti pihak yang sebenarnya lebih berkompeten dari saya. Badan sudah sakit, tapi kepala masih pura-pura berfikir terus sehat.

Dalam peperangan ini (mohon maaf: jika akibat tulisan ini lantas Pemred Budi Siswanto memecat saya sebagai wartawan Radar Bolmong, entah karena alasan melangkahi apa yang menjadi porsinya, maka sesegera istri saya akan menyiapkan makanan sekedarnya dan mengundang jiow membacakan doa keselamatan untuk kami sekeluarga), tahapan yang dialami pasukan kami sudah begitu menyiksa. Peluru yang ditembakan Katamsi Ginano banyak mengena ke bagian-bagian vital tubuh. Masi ada pula (saya yakini) mortir aktif  siap ledak yang dia simpan, meski ancamannya tak sedahsyat dibanding bom nuklir "Little Boy" yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, dan menewaskan 220.000 jiwa pada PD II, 1945.

Bang Tamsi (Saya terus menaruh rasa hormat kepada Anda dan memilih tak menuliskan marga demi memperkecil peluang amarah akibat kesalahan tulis ataupun kesengajaan), perlu Anda sadari, marah terhadap Pemred Radar Bolmong, Budi Siswanto, sudah meluber jauh. Kobaran api yang Anda ciptakan seakan tak terbendung dan baru padam jika alam mengirimkan tsunaminya.

Anda boleh menyebut Budi Siswanto (dalam kapasitas mahluk ini sebagai pribadi atau ‘’komandan satuan’’ Radar Bolmong) sebagai pomponu atau kelas teri. Entah itu akibat dugaan penghinaannya terhadap nama besar kakek buyut Anda atau akibat kelalaiannya meloloskan berita yang ditulis tangan-tangan yang belum mahir memencet keyboard laptop atau handphone, sebagaimana yang melatarbelakangi tulisan pertama Anda, ‘’Storit’’, ‘’Storis’’, dan Sebagainya, tapi jangan menggeneralisir seakan tukang sosapu lante di kantor Radar Bolmong pun menjadi wajib Anda mutilasi.

Soal lain, pelibatan Bambang Hermawan (kemungkinan terbesar karena faktor biologis: adik kandung Budi Siswanto, atau juga satu rumpun di Grup MP), yang ikutan memelesetkan nama kakek buyut Anda (saya enggan menulis persisnya), selesaikanlah dengan cara yang menurut Anda apik. Setiap huruf yang Anda tulis di blog ini, entah mengandung kritik serta embel-embel mengundang tawa, saya teliti dengan serius. Anda kerap mengumbar gertak yang bikin mual. Seberapa berani Anda mempertahankan harga diri kakek buyut Anda yang sudah dicoreng, sejauh ini masih pepesan kosong belaka.

Budi Siswanto, Pemred saya, lewat tulisan ini saya juga ingin menyampaikan secuil kritik kepada Anda. Akan lebih elok sebenarnya bila saya sampaikan secara langsung di rapat atau melalui SMS, namun karena tabiat buruk Anda sudah terlanjur diumbar ke publik, maka kritik ini menjadi terbuka untuk umum. "Menyesuailah dengan lingkungan di mana Anda berada. Kita menginjak tanah yang sama yang masih menjunjung tinggi O'adatan bo O'aheran. Biasakan lidah Anda menggunakan kosakata yang tak membuat perasaan orang lain terluka." Saya menunggu SMS atau telepon pemecatan jika bagi Anda apa yang saya tulis ini adalah perbuatan makar. Saya masih akan banyak menulis tergantung dari apa yang akan dialami kemudian.

Kembali ke Bang Tamsi, mungkin lidah Budi Siswanto sukar mengucap kata maaf atas kekeliruan yang terlanjur terjadi. Saya sendiri bukanlah pihak yang diberi kuasa mengatas-namakan diri orang lain atau institusi tertentu untuk bermohon pemaafan dari Anda.

Selama Anda menganggap persoalan dengan Budi adalah kekeliriuan pribadi dan tidak melembaga, maka Anda berhak mengadilinya sesuai selera Anda. Tapi jika semut yang ditakdirkan berada di Radar Bolmong pun anda salahkan (gertak dan ancam), kemungkinan terburuk apapun bisa terjadi. Anda mungkin lihai ba silat deng ba salto, tapi Saya masih cukup mahir bermain belati.***

Singkatan dan Istilah yang Digunakan:

Pemred: Pemimpin Redaksi; PD: Perang Dunia; dan SMS: Short Message.