Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Sunday, February 3, 2013

Pasangan Baru, Slogan Lama


Peringatan (sekali lagi): Individu, kelompok, dan siapa pun yang berbeda pendapat diharap tidak membaca tulisan ini. Di dalamnya terkandung materi narsis dan kampanye yang hanya ditujukan untuk warga Kota Kotamobagu yang menginginkan Pilwako 2013 membawa perubahan ke arah praktek politik, pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik di kotanya.

TEROR itu berbentuk pesan pendek (SMS), BlackBerry Messenger (BBM), posting di grup BBM, dan tak lupa status di profile BBM. Sekelompok kecil warga KK, lebih khusus komunitas jurnalis, pasti mahfum bentuk teror yang saya maksud. Mereka telah dengan sukarela (juga gembira) aktif mengambil bagian jadi penyebar.

Ya, benar, yang saya maksud tak lain propaganda yang menyertai kampanye pencalonan Ahmad Ishak, wartawan dan tukang main gitar, dengan slogan ‘’… Matt Jabrik tetap calon Walikota KK 2013-2018’’. Di tengah sirkus politik pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Pilwako) KK, yang dilakukan Ahmad Ishak --yang mendaulat diri dengan alias Matt Jabrik—dan kerumunan di belakangnya adalah ice breaker segar.

Sebagai progranda, slogan yang diusung Matt Jabrik tergolong basi. Yang membuat kampanyenya istimewa adalah kontroversi apa maunya Matt Jabrik? Apa niat di balik kegagah-beraniannya mencalonkan diri? Jangan-jangan otaknya masih di kepala, tetapi dia sudah berpikir dengan dengkul? Dan bahwa dia sedang depresi dan kehilangan semangat hidup, hingga lebih baik mencalonkan diri di Plwako ketimbang mengalungkan tali dileher.

Saya tidak akan berspekulasi menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Sebab apapun latar, motif, penyebab, dan bahkan hasil dari ketidak-tahu dirian-nya, Matt Jabrik tetap calon Walikota KK 2013-2018.

***

Apa pentingnya propaganda di perhelatan politik? Jacques Ellul (1912-1994), yang digambarkan sebagai ‘’filsuf Perancis, ahli hukum, teolog awam, dan Kristen anarkis, menulis buku yang diterbitkan pada 1962 bertajuk "Propaganda: The Formation Of Men's Attitudes".

Tentang propaganda, Ellul menyatakan, ‘’Propaganda adalah seperangkat metode yang digunakan oleh kelompok terorganisir yang ingin mewujudkan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan bersama dari orang-orang, yang dipersatukan oleh manipulasi psikologis ke dalam satu kelompok atau organisasi.’’

Akan halnya slogan sebagai salah satu manifestasi propaganda, dia menjelaskan, ‘’Simbol lain yang sangat menggugah adalah slogan, yang berisi tuntutan, keinginan, harapan massa, dan pada saat yang sama mengungkapkan nilai-nilai mapan kelompok. Slogan menentukan dengan presisi yang cukup setiap jenis kelompok ke arah mana seorang individu berorientasi, terlepas dari apakah dia anggota (kelompok) atau tidak.’’

Mengacu pada petuah Ellul, memilih slogan sejatinya berarti mengemas sebuah pesan besar ke dalam satu paket yang hemat, kerap sederhana, tetapi mewakili seluruh substansi dan persepsi yang diharapkan.  Slogan yang tepat bukan hanya mewakili rasa dan mempengaruhi kelompok yang dituju. Slogan kampanye Barack Obama, "Change we can believe in" dan "Yes We Can" (2008) serta ‘’Forward’’ (2012) misalnya, turut menyeret dunia ke dalam gempita pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat.

Dari sisi slogan, patahana Djelantik Mokodompit mengusung ‘’Karya Nyata, Bukan Pencitraan’’. Miskin imajinasi, hambar pesan, dan tak menarik. Sepintas tak beda dengan iklan lem tikus: Terbukti Lengket, Tikus Tak Lepas. Apanya yang nyata? Dan apa yang bukan pencitraan?

Bahasa Indonesia tergolong bahasa yang tidak rumit. Garis batas kelompok atau orang sebagai subyek, sangat jelas: Kita, kami, Saya, dan Anda , misalnya. Tidak dibatasi oleh gender, sebagaimana beberapa bahasa yang selain mengenal laki-laki dan perempuan, juga mengakomodasi ‘’jenis kelamin’’ di antara keduanya.

‘’Karya Nyata, Bukan Pencitraan’’ jelas merujuk pada subyek ‘’saya’’ dan agak lebih luas ‘’kami’’. Boleh dibilang, karena slogan ini merujuk ke Djelantik Mokodompit, dengan mudah kita menerjemahkan sebagai ‘’ke-aku-an’’ yang sedikit sekali memasukkan faktor ‘’kelompok’’ atau ‘’kumpulan orang’’ ke dalam satu rasa dan semangat yang sama.

Mudah bagi orang-orang yang berpengetahuan komunikasi politik menyimpulkan, slogan yang diusung patahana menunjukkan kepercayaan diri berlebihan seorang yang menganggap urusan publik semata terpusat padanya.

Sebaliknya, kandidat terkuat lain di Pilwako, Tatong Bara, mengusung slogan yang merepresentikan kebhinekaan KK, ‘’Kota untuk Semua’’. Saya menyukai slogan ini, karena mendudukkan sang kandidat sama rata-sama rasa dengan warga umumnya, mereka yang menjadi pemilik suara. ‘’Kota untuk Semua’’ juga mengandung pesan bahwa peran utama ada di tangan orang banyak. Seorang pemimpin hanya ditunjuk dan diberi amanah berada di depan, bukan pemilik seluruh harkat hidup warga.

Dengan implementasi yang efektif dan tepat sasaran, saya berkeyakinan ‘’Kota untuk Semua’’ akan diterima sebagai icon penyemangat bukan hanya oleh para pendukung Tatong Bara, tetapi konstituen Pilwako umumnya. Di jangka panjang, fakta bahwa KK adalah sebuah melting pot beragam etnis, bukan tak mungkin bakal mengadopsi slogan ini menjadi slogan kota.

***

Tunggu dulu, mengingat tahapan Pilwako KK baru di fase pemanasan, kompetisi ini bukan hanya arena milik Djelantik Mokodompit dan Tatong Bara. Di luar mereka berdua, Ahmad Ishak sudah mengacungkan jari dengan slogan lebay yang meneror kemana-mana. Calon lain, mohon maaf, tak menarik karena mirip undur-undur yang bimbang antara kursi Walikota atau Wawali. Hari ini mengumumkan bakal jadi calon Walikota, besok bergerilya menawarkan diri berpasangan dengan Djelantik Mokodompit atau Tatong Bara.

Sebab Pilwako adalah kompetisi yang terbuka untuk semua orang, dengan ini saya mengumumkan: Setelah berkonsultasi marathon dengan Ahmad Ishak, kami mencapai kesepakatan. Saya akan turut mencalonkan diri, untuk kursi Walikota KK 2013-2018.

Modal politik yang akan digunakan adalah apa yang telah dirintis Matt Jabrik dan lingkaran di sekitarnya. Selebihnya, nekad adalah tekad. Kalau tak laku dibeli oleh partai politik (Parpol) yang punya kursi dan tidak di DPR KK, ya, independen se independen-indenpendennya (tetap menjadi calon kendati tanpa tercantum di surat suara).

Persepakatan lain, untuk sementara slogan (ketinggalan zaman tapi bombastis) yang selama ini dipropagandakan oleh Matt Jabrik akan (sedikit) diubah menjadi: ‘’Matt Jabrik tetap calon Walikota KK 2013-2018, tapi berpasangan dengan Katamsi Ginano sebagai Walikota KK 2013-2018.’’ Klasik dan amat sangat biasa tapi cukup memadai sebagai menu pembuka.***