Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Sunday, February 10, 2013

Dilema DjM dan TB: Siapa Wawali KK 2013-2018?


PEMILIHAN Walikota-Wakil Walikota (Pilwako) Kota Kotamobagu (KK) memasuki tahap pengambilan formulir bakal calon di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Anehnya, tahapan yang ibarat bunyi pistol start di perlombaan lari ini, justru terkesan ‘dingin-dingin saja’’.

Dibanding daerah lain di wilayah Mongondow, dinamika politik KK memang tak biasa. Di saat semestinya tak ada gejolak, atmosfir politik bergejolak karena perseteruan Walikota Djelantik Mokodompit (DjM) dan Wakil Walikota (Wawali) Tatong Bara (TB) mendadak mendidih tersebab perkara sepele. Semisal peristiwa amat tidak penting seperti sambutan di pesta pernikahan atau kehadiran di kedukaan.

Tidak mengherankan bila Pilwako hanya dipersepsikan sebagai arena pertarungan dua pejabat publik sekaligus tokoh elit politik itu. Kenyataannya, calon-calon yang lain memang tenggelam, digilas terpusatnya perhatian publik terhadap DjM dan TB.

Muhamad Salim Lanjar (MSL) yang sudah lama ‘’mengkampanyekan diri’’, belakang sepi dari perhatian, setidaknya yang tercermin dari pemberitaan media (khususnya cetak dan digital) mainstream. Apakah dia sama sekali belum mendapatkan komitmen dari partai politik (Parpol) yang akan mengusung; atau sudah mengantongi mandat tapi masih menyimpan sebagai surprise saat pengembalian formulir yang menandai resminya status seseorang menjadi bakal calon Walikota atau Wawali KK.

Namun bila strategi itu yang diterapkan, menurut saya bukanlah pendekatan yang cerdas dan berkualitas. Kecuali MSL punya keyakinan yang didasari riset hati-hati dan cermat bahwa pemilihnya sudah tak tergoyahkan, sekali pun para pesaing menggunakan metode dan praktek politik super canggih dalam mempersuasi pemilih.

Menurut saya, lebih tepat bila MSL memang belum punya Parpol pengusung dan tengah pusing dengan berbagai aspek yang sebelumnya dipergampangkan. Melihat situasi terkini, saya hampir berkeyakinan pencalonan MSL hanya akan berakhir sebagai wacana yang meramaikan pesta Pilwako.

Calon Walikota lain, Jainudin Damopolii (JD) juga tidak menunjukkan gerakan signifikan menempatkan diri sebagai calon yang layak dilirik warga KK. Sepengetahuan saya, tekadnya menjadi bakal calon Walikota sejak mula dilakukan di jalur independen. Tampaknya berindependen jauh dari prospek menggembirakan, karena JD kemudian mendaftar ke PDI Perjuangan ‘’hanya’’ di posisi bakal calon Wawali. Lagi-lagi, sebagai taktik –apalagi strategi—politik, langkah ini  justru menjadi sebuah kesalahan fatal.

JD bukan hanya menurunkan leverage-nya, tidak konsisten, dan tidak-percaya diri, tetapi juga menunjukkan bahwa satu-satunya yang dia kejar adalah jabatan. Politikus cerdas, matang, dan kalkulatif tidak akan mengambil langkah gegabah. Perubahan drastis JD dari calon Walikota independen ke mendaftar sebagai bakal calon Wawali dari PDI Perjuangan dapat dikonklusi dengan satu kata: oportunis. Tidak enaknya, kata ini lebih berkonotasi negatif dibanding positif.

Politikus lain yang pantas diperhitungkan dan sudah pula menyatakan bakal mencalonkan diri sebagai Walikota KK 2013-2018 adalah Ishak Sugeha (IS). Tapi sebagaimana MSL dan JD, IS juga tidak menunjukkan upaya yang dapat dijadikan indikator keseriusannya. Namun yang menguntungkan, setidaknya dengan tetap konsisten pada sikapnya, mengingat IS adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat (DPC PD) KK, potensi dia menjadi tokoh kunci di posisi Wawali sangat terbuka. Baik sebagai calon Wawali untuk DjM maupun TB, atau calon lain yang tiba-tiba muncul didukung oleh Parpol di luar Partai Golkar (PG) atau Partai Amanat Nasional (PAN).

Di luar itu, Ahmad Ishak atau yang mempopulerkan diri sebagai Matt Jabrik (wartawan yang juga tukang main gitar dengan slogan ‘’… Matt Jabrik tetap Calon Walikota KK 2013-2018), saya perhitungkan semata-mata sebagai dinamisator dinamika politik KK. Apalagi kita sukar menafsirkan Matt Jabrik serius atau sedang kesurupan, sebab di satu sisi dia mengkampanyekan diri sebagai calon Walikota, tetapi di saat yang sama juga mendaftar di PDI Perjuangan untuk posisi bakal calon Wawali.

Matt Jabrik, dengan segala kreativitas dan ulahnya, memang gilden!

Nama-nama lain yang sekarang bersiliweran, sebaiknya kita abaikan saja. Kecuali bila Rachmat Mokodongan yang kini masih menjabat sebagai Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulut tiba-tiba menyatakan mencalonkan diri sebagai Walikota KK. Bila itu yang terjadi, saya berkeyakinan peta persaingan politik Pilwako akan berubah total.

***

Idealnya berapa pasang calon Walikota-Wawali yang bertarung di Pilwako KK? Menurut hemat saya, tiga pasang adalah jumlah yang bakal membuat dinamika politik marak dan memberikan alternatif yang menantang untuk para konstituen.

Komposisinya adalah, calon Walikota dari PG (DjM), PAN (TB), dan satu lagi calon yang mampu menjadi terobosan optimis kepemimpinan politik dan birokrasi dari gabungan Parpol –di luar yang akhirnya memilih berkoalisi dengan PG atau PAN. Untuk calon ketiga ini, saya tidak melihat ada nama-nama yang kini beredar yang cukup layak jual dipertandingkan dengan DjM dan TB.

Ada sejumlah sosok yang selama ini tidak turut dalam keriuhan ‘’mencalonkan diri’’, yang sebenarnya lebih bernilai dibanding DjM atau TB, dan terlebih para calon penggembira yang sudah menjual nama mereka dengan syawat kekuasaan telanjang. Masalahnya, Parpol kita sudah terkenal (dan memang demikian adanya) malas mengeksplorasi, dan kian enggan bila sosok tersebut tidak punya prospek dijadikan ‘’sapi perah’’.

Tipisnya kemungkin Parpol-Parpol di luar PG dan PAN menemukan kompetitor seimbang melawan dominasi isu DjM dan TB, membuat kita harus fokus pada dua tokoh ini.

Ada beberapa skenario. PG stand alone mencalonkan Walikota-Wawali dengan kemungkin pasangan DjM-Nasrun Koto, DjM-Rustam Simbala –politikus PDI Perjuangan (dengan konsekwensi bila PDI Perjuangan tidak berkoalisi dengan PD, maka Rustam akan dipecat dari partainya) atau DjM-Hairil Paputungan (HP). Kemungkinan lain, PG berkoalisi dengan PDI Perjuangan dan mencalonkan DjM-Nasrun Koto atau DjM Rustam Simbala.

Dari sisi PAN, alternatifnya tak jauh beda. Bila stand alone, kemungkinan calon yang akan diajukan adalah TB-JD atau TB-Begie Gobel. Peluang TB mengandeng HP sangat kecil, karena sejak awal publik KK sudah mengetahui HP memang mengfokuskan approach-nya hanya sebagai calon Wawali DjM. Sedangkan bila berkoalisi dengan PDI Perjuangan, kemungkinannya adalah TB-Nasrun Koto atau TB-JD. Saya tidak memperhitungkan Benny Rhamdani (yang tak kurang gigih menjajakan diri dan sudah mendaftar ke PDI Perjuangan), karena akan ada penolakan keras dari elit-elit PAN Sulut dan Pusat.

Kemungkinan-kemungkinan skenario itu semuanya tidak menimbulkan optimisme publik KK. Yang harus dicatat, baik oleh DjM maupun TB: Bagi DjM, calon Wawali yang dia pilih adalah sosok yang mampu mengangkat kredibilitas dan keterpilihannya. Jujur saja, tanpa dikatakan, saat ini tingkat keterpilihan DjM sudah berada di level ‘’merah’’. Sebaliknya, TB harus memilih calon Wawali yang tidak menggerus tingkat keterpilihannya, yang kini berada di posisi ‘’hijau’’ karena konstituen Pilwako KK umumnya sudah muak dengan kepemimpinan dan manajemen kota yang dipraktekkan DjM.

Di titik inilah posisi politik dan sosial IS diuntungkan. Sebagai politikus dia dikenal kritis, cukup kredibel, dan diterima luas. Dia juga datang dari Parpol terkemuka. Bagi DjM, memilih IS berarti menyelamatkan keterpilihannya dari posisi terjun bebas; sebaliknya untuk TB, memilih IS sama dengan menambah pundi-pundi modal sosial dan politik.

Kalau bukan IS, saran saya terhadap DjM dan TB: Cari calon yang sama sekali baru. Lebih baik lagi bila yang sudah dikenal warga KK sebagai sosok kredibel dan layak dipilih sebagai pemimpin. Pilihan Gubernur Sulut, SH Sarundajang, terhadap Wakil Gubernur (Wagub), Djouhari Kansil, ketika mereka berdua mencalonkan diri di Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Pilgub) 2010 lalu, layak jadi rujukan.***