Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Tuesday, February 26, 2013

Neraka Perasaan di Pilwako KK


PUKUL 04.20 Wita, Selasa (26 Februari 2013), situs Beritakawanua.Com menggunggah PG-PDIP Usung Djelantik-Rustam di Pilkada KK (http://beritakawanua.com/berita/kotamobagu/pg-pdip-usung-djelantik-rustam-di-pilkada-kk). Berita ini mengkonfirmasi Partai Golkar Kota Kotamobagu (PG KK) akhirnya berkoalisi dengan PDI Perjuangan dan mengusung Djelantik Mokodompit (DjM)-Rustam Simbala (RS) sebagai bakal calon Walikota-Wakil Walikota (Wawali) di Pilwako 24 Juni 2013 mendatang.

Koalisi PG-PDI Perjuangan KK adalah keniscayaan setelah Partai Amanat Nasional (PAN) memutuskan stand alone mengusung pesaing DjM, Tatong Bara (TB) disandingkan dengan bakal calon Wawali Jainudin Damopolii (JD). Pilihan disandingkannya Sekretaris PDI Perjuangan KK sebagai pendamping DjM juga tidak mengejutkan.

Keterbatasan kader membuat pilihan PDI Perjuangan tak banyak. Harapan bahwa partai ini bakal melakukan terobosan dengan memilih kandidat di luar kader partai (misalnya Hairil Paputungan atau Taufiq Mokoginta) untuk meluaskan konstituen, tampaknya bukan alternatif yang dianggap tepat. Pada akhirnya, langkah-langkah PAN, PG, maupun PDI Perjuangan adalah politic as usual. Mudah diprediksi. Analisisnya tidak memerlukan kecanggihan pengetahuan politik.

***

Dari tafsir awam, koalisi PG-PDI Perjuangan sangat kokoh menopang DjM-RS. PG dengan manajemen dan infrastruktur partai yang tertata akan diperkuat militansi kader-kader PDI Perjuangan yang loyalitasnya sudah teruji sejak dua Pemilihan Umum (Pemilu) terdahulu.

Tapi, politik selalu punya kompleksitas tersendiri, apalagi ketika kita menguak potensi-potensi yang melemahkan DjM-RS yang selama ini hanya samar-samar diketahui atau jadi diskursus di kalangan terbatas. Yang paling krusial, menurut pandangan dan pengetahuan saya (yang serba terbatas), adalah faktor Hairil Paputungan (General Manager Harian Posko Manado), yang beberapa bulan terakhir digadang-gadang (dan mengadang-ngadang diri) sebagai bakal calon pendamping DjM.

Tersebutlah satu hari saya menghabiskan waktu panjang dengan Hairil Paputungan, mempercakapkan ikut sertanya dia mencalonkan diri di Pilwako KK. Di posisi Wawali dan hanya untuk DjM. Mengingat rekam-jejak DjM selama ini, saya mengingatkan Hairil bahwa apa yang dia lakukan berpotensi jadi kesia-siaan. Tanpa sungkan saya mengatakan, ‘’Depe ujung ngana komang ada di daftar orang-orang yang ta tipu karna DjM ba dusta akang. Samua cuma sorga talinga, naraka di perasaan.’’

Namun keyakinan Hairil Paputungan tak tergoyahkan. Dia memastikan segera bersosialisasi, mengkampanyekan diri, agar dikenal, diterima, dan nantinya dipilih oleh konstituen Pilwako KK. Saya mengenal dia di rentang waktu sangat panjang. Menyapa Hairil dengan Abo’ –antara serius dan main-main karena sikapnya yang suka besar kepala. Kedekatan itu menyakinkan saya bahwa dia (yang selalu rasional dalam tindakan) punya alasan kuat ikut mencalonkan diri.

Dari sumber yang lain, yang kredibilitasnya tak diragukan, saya mendapatkan background lebih lengkap. Hairil Paputungan berani mencalonkan diri sebagai bakal calon Wawali KK dan hanya untuk DjM, karena dia dilamar langsung oleh DjM. Lamaran itu bahkan dilakukan di depan seorang tokoh Mongondow berpengaruh, yang disegani dan dihormati Hairil dalam konteks pribadi dan profesional.

Tak urung saya terbahak mengetahui ihwal langkah politik DjM itu. Bagi Hairil Paputungan, risiko menerjunkan diri di Pilwako KK selain menguras energi dan dana; langsung atau tidak berarti menjadi duta nama besar Kelompok Penerbitan Manado Post (Harian Posko Manado adalah anak perusahaan grup bisnis ini), yang juga menjadi bagian dari imperium Jawa Pos Group. Akan halnya DjM, melamar Hairil Paputungan (apalagi dengan garansi 100 persen dipilih), sebenarnya strategi dan taktik politik piawai. Dia menyasar dukungan Kelompok Manado Post yang pasti efektif menjadi wahana kampanye, terutama untuk masyarakat KK yang relatif familiar dan sadar pentingnya peran media massa.

Hingga di titik itu, seluruh sosialisasi dan kampanye yang dilakukan Hairil Paputungan masuk akal dan bukan kenekadan orang gila popularitas. PG sebagai penguasa DPR KK toh sudah menggenggam tiket sebagai partai yang dapat mengusung sendiri bakal calon Walikota-Wawali sendiri.

Tapi ketika DjM bertualang mendekati PDI Perjuangan, bahkan ikut serta di fit and proper test (FPT) dan psikotes yang dilaksanakan partai ini, saya membaca signal buruk bakal tersingkirnya Hairil Paputungan. Lamaran yang disampaikan sebelumnya, yang tampaknya dilakukan dengan kesungguhan (bahkan atas restu tokoh yang disegani dan dihormati oleh Hairil) memang hanya dusta dan tipu-tipu yang sudah jadi ciri khas DjM.

Kalkulasi politik macam apa yang ada di jidat DjM? Tidakkah dia menyadari bahwa perlakuan terhadap Hairil Paputungan itu sama dengan menggali ‘’kapak perang’’ dengan kelompok yang memiliki pengaruh kuat di kalangan konstituen Pilwako KK. Hairil jelas terluka dengan penetapan DjM-RS sebagai bakal calon Walikota-Wawali dari PG berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Di saat yang sama, sejumlah tokoh berpengaruh yang terlibat dalam proses ‘’lamaran DjM’’ murka karena terang-terangan dikencingi di atas kepala.

Saya bersimpati dan berempati pada Hairil Paputungan, tetapi sekaligus lega karena jauh hari sebelumnya telah ‘’menggugurkan kewajiban’’ dengan terus-menerus mengingatkan dia soal rekam-jejak DjM. Bagi saya lebih mudah mempercayai ular dan serigala ketimbang DjM. Untuk Hairil dan beberapa tokoh yang terlibat dalam kisah pedih politik ini, yang juga saya kenal sangat baik, apa yang terjadi adalah bukti bahwa yang saya tuliskan selama ini bukanlah fitnah dengan niat merusak nama baik seseorang.

***

Di luar tensi tinggi berhadap-hadapannya DjM dan TB dengan pasangan masing-masing, dinamika politik Pilwako 2013 bakal diriuh-redahi kemarahan sejumlah orang berpengaruh di Mongondow yang menuntut kesumat. Publik KK tidak akan menyaksikan gelagaknya di permukaan, karena ‘’balas dendam’’ itu berlangsung diam-diam namun massif dan terstruktur.

Mencari gara-gara dengan kelompok cerdas, punya kekuatan, dana, dan jaringan yang dibangun bertahun-tahun, secara politik sama dengan memperdalam lobang kubur sendiri.

Melihat perkembangan terkini, untuk sementara saya harus mengakui yang paling diuntungkan adalah pasangan TB-JD. Keuntungan itu bakal berlipat jika di akhir masa pendaftaran bakal calon Walikota-Wawali yang menjadi kandidat utama (karena para pesaing pas-pasan belaka) hanya DjM-RS dan TB-JD. Dua pasang ini sama-sama pilihan yang buruk, tetapi salah satu tetap harus jadi pemenang, dan yang paling sedikit menciptakan musuh adalah TB-JD.

Sembari membantu Hairil Paputungan menyembuhkan ‘’neraka perasaan’’ yang menimpanya, saya bersuka-cita melihat sejumlah orang mulai mengasah kuku dan taring, bersiap menerkam dan mencabik-cabik DjM. Politik yang buas biasanya memakan pemainnya sendiri.***