Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Monday, March 4, 2013

Sedekah Nasehat untuk TB-JD


KRITIK berlebihan mudah terjerumus jadi fitnah. Di Kota Kotamobagu (KK), di mana Walikota atau Wakil Walikota (Wawali) bukan hanya pemimpin pemerintahan atau tokoh politik, tetapi juga pemangku adat, dituduh memfitnah mereka sama artinya dengan vonis pariah.

Itu sebabnya saya sungguh berhati-hati setiap kali menulis kritik atau celaan terhadap tokoh-tokoh publik di Mongondow.

Konvoi bakal calon Walikota-Wawali dari Partai Golkar-PDI Perjuangan, Djelantik Mokodompit (DjM)-Rustam Simbala (RS), Kamis (28 Februari 2013), saya yakini bukanlah aksi spontan. Tidak pula hanya didukung kader-kader, pendukung dan simpatisan keduanya (serta partai politik –Parpol—pendukung). Namun keyakinan tanpa bukti sama artinya dengan meletakkan leher di bawah golok mengkilap.

Sabtu (2 Maret 2013) bukti-bukti konvoi DjM-RS mengerahkan pegawai negeri sipil (PNS) tiba di tangan saya; sekaligus menjadi mempertegas bahwa ‘’PNS jangan terlibat politik praktis’’ yang diucapkan DjM (sebagai Walikota) di seantero KK, hanya bagian dari kebiasaan dustanya.

Mari kita ‘’pura-pura tidak tahu’’, tapi faktanya satu hari sebelum konvoi DjM-RS tiap kantor, dinas, badan, hingga kelurahan di KK menerima instruksi menyediakan pendukung. Dari rekaman salah seorang PNS yang mendapat perintah atasannya, terkonfirmasi: ‘’Torang pe jatah cari orang for ba jemput rombongan calon Walikota deng Wawali di Mongkonai. Pake baju kuning atau merah, mo badiri di pinggir jalan pegang spanduk. Depe spanduk so ada, oto for jemput so ada. Depe doi ada, tiap orang 50 ribu.’’

Anggap saja rekaman perintah itu karang-karangan. Tapi bagaimana dengan foto yang menunjukkan banyak PNS, bahkan sekelas Kepala Seksi (Kasi), Kepala Bidang (Kabid), dan Kepala Bagian (Kabag) yang turut berada di tengah massa? Kalau ini juga dikilah sebagai hasil kerja Photoshop, saya sujud dan ingin belajar pada orang yang mampu melakukan itu tanpa cacat digital dan fotografi secuil pun. Dia pasti lebih dari ‘’sekadar pakar’’ hal-ihwal manipulasi fotografi.

Bukti-bukti itu membuat pernyataan Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PG KK, Lucky Chandra, yang dikutip Radar Totabuan, Sabtu (2 Maret 2013), PG Bantah Rudis Dijadikan Tempat kampanye (http://www.radartotabuan.com/read/pg-bantah-rudis-dijadikan-tempat-kampanye-6704), mirip ocehan tukang jual obat. Menurut dia, ‘’Kegiatan itu merupakan spontanitas dari kader maupun simpatisan tanpa perencanaan. Sekaligus faktor koalisi yang sudah final. Dimana selama ini ada klaim bahwa koalisi dengan parpol lain dan PG mampu membuktikan bahwa koalisi ini dibangun berdasarkan bagaimana melanjutkan pembangunan di KK, dan bukan karena kekuasaan.’’

Tolonglah, Saudara Lucky, kalau mau berdusta, lakukan pengecekan terlebih dahulu. Ini zaman digital di mana informasi (dan fakta-fakta peristiwanya) dipertukarkan dalam hitungan detik. Anda boleh nyaman-nyaman saja mengoceh putar bale kecuali kalau telah pula syur dan menikmati disebut sebagai ‘’pendusta’’ lain di KK.

***

Menghentikan dusta dan manipulasi DjM yang didukung gerombolan di belakangannya tidaklah sulit. Jangan beri dia kesempatan memimpin lagi KK di 2013-2018.

Mengingat hingga hari ini, Senin siang (4 Maret 2013), pesaing terkuat DjM-RS hanyalah Tatong Bara (TB)-Jainudin Damopolii (JD) yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) –kecuali dalam waktu dekat ada kandidat kejutan yang muncul--, sejenak saya ingin mengesampingkan sinisme dan ketidak-percayaan terhadap TB-JD. Supaya mereka tidak ikut-ikutan bertindak dan berlaku sama memuakkan dengan pesaing utamanya, saya ingin menyedekahkan nasehat untuk pasangan ini.

Sedekah, menurut agama yang saya anut, adalah perbuatan mulia. Namun bukan karena ingin tampak mulia lalu saya menyedekahkan nasehat pada TB-JD. Melainkan karena sifatnya yang sukarela dan ikhlas, baik dari pemberi maupun penerima. Kalau sedekah saya ditolak, yang menolak tidak perlu merasa lebih superior. Sebaliknya, bila sedekah ini bermanfaat, saya juga tidak mesti merasa ‘’lebih’’.

Nasehat yang saya sedekahkan itu: Pertama, pahamilah monografi KK, dengan demikian Anda berdua mampu menyesap kebutuhan, harapan, dan keinginan warga, khususnya konstituen Pemilihan Walikota (Pilwako) 2013. Dengan memahami monografi kota ini, saya yakin sebagai kandidat Anda berdua akan berhenti berkonvoi-konvoi dan aksi lainnya yang sekadar unjuk makang puji.

Saya yakin Anda berdua akan menghormati pendidikan, kecerdasan, dan pemahaman warga KK terhadap politik dan prakteknya. Pula, bahwa sebagai sebuah kota yang nyaris mengandalkan kehidupan dari sektor jasa, gangguan terhadap aktivitas keseharian warga (kemacetan, kebisingan, dan sejenisnya), berarti menciderai hajat hidup orang banyak.

Kedua, berhentilah memperhitungkan DjM dan pasangannya sebagai pesaing yang harus dihadapi dengan segala cara di Pilwako 2013 ini. Anda berdua tidak sedang menaklukkan DjM-RS, tetapi kesediaan warga KK menjatuhkan pilihan bukan pada mereka. Menjadikan DjM-RS faktor utama dari segala strategi dan taktik politik, tak lebih dari bantuan dan dorongan Anda berdua agar konsituen memberi atensi ke mereka.

Bagaimana caranya? Mulai hari ini, bila DjM-RS berkonvoi, jangan lakukan hal yang sama. Bila DjM-RS menggelar mancing-memancing atau tembang kenangan; Anda berdua bikin saja bakar-bakar milu, rebus atau goreng pisang goroho massal. Saya yakin majelis milu dan goroho bakal lebih atraktif ketimbang nyanyi-nyanyi penuh sindiran seperti yang sudah kalian praktekkan (dan membuat kuping pekak serta hati panas) di banyak tempat di Mongondow dalam dua tahun terakhir.

Anda berdu tidak perlu pula merasa terancam karena bakal calon Wawali DjM berasal dari Matali; yang disesumbari oleh salah seorang pengurus PDI Perjuangan sebagai strategi menaklukkan TB di kandang sendiri. Orang Matali sudah cerdas. Kalau mereka menginginkan salah satu warganya memimpin KK, maka pilihannya harus dijatuhkan pada kursi Walikota. Dengan alasan apa mereka sukarela bertindak bodoh dengan puas di kursi nomor dua?

Ketiga, tampillah dengan ide-ide cerdas demi kepentingan orang banyak. Slogan Anda berdua, ‘’Kota untuk Semua’’, harus diberi bobot sama dengan filosofi dan subtansi yang dikandungnya. Unjuk kekuatan massa efektif hanya buat makang puji, tetapi tidak berarti apa-apa bila konstituen kemudian menakar ternyata visi Anda berdua tak lebih dari lonjong ‘’telur ayam’’.

Terus-terang, keriuhan Pilwako KK 2013 sejauh ini sekadar ramai omong kosong belaka. Saya belum mendengar ide jenial apapun dari Anda berdua; sama ‘’nir’’-nya dengan DjM-RS. Lagipula apa bobot yang dapat dimaknai dari slogan DjM-RS, ‘’Djelas Lanjutkan’’, yang bahkan compang-camping dari aspek ketaatan bahasa.

Daftar nasehat yang ingin saya sedekahkan masih panjang. Tapi untuk sementara tiga itu tampaknya cukup. Toh belum tentu Anda berdua, para pendukung, dan simpatisan, mau menerima. Terlebih, dengan melihat kredibilitas dan kapasitas serta proses pencalonan DjM-RS dan Anda berdua (TB-JD), saya pribadi lebih suka memilih kotak kosong. Hanya, harus ada yang memimpin KK, dan kalau pun pilihan terburuk dari yang sangat buruk, apa boleh buat: TB-JD lebih pantas menjadi Walikota-Wawali KK 2013-2018.***