Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Wednesday, March 13, 2013

‘’Ba Kaca di Leper’’


PEMILIHAN Walikota (Pilwako) Kota Kotamobagu (KK) 2013 hingga hari ini, Rabu (13 Maret 2013), datar dan tak jauh beda dari isu yang sudah bergulir berbulan-bulan lampau. Kompetisi di antara kandidat nyaris terpusat pada rivalitas Djelantik Mokodompit (DjM) dan Tatong Bara (TB), dua pesaing yang juga patahana karena masing-masing masih menjabat Walikota dan Wakil Walikota (Wawali).

Selentingan yang menguat sejak pekan lalu mengabarkan, kandidat lain yang hampir pasti –selain DjM-Rustam Simbala (RS) dari koalisi Partai Golkar (PG)-PDI perjuangan dan TB-Jainudin Damopolii (JD) yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN)-- adalah Muhamad Salim Lanjar (MSL)-Benny Ramdhani (Brani) yang ‘’konon’’ diusung gabungan tiga partai. Apakah MSL-Brani ini kabar yang sahih atau sekadar petasan Pilwako, akan terbukti saat mereka resmi didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) KK.

Mengingat masih terbuka kemungkinan (maksimal) tiga pasang tambahan, masing-masing dari partai politik (Parpol) non seat dan koalisi peraih kursi minoritas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) KK, di bawah permukaan negosiasi dan lobi-lobi pasti berlangsung kian intensif. Terlebih waktu pendaftaran bakal calon Walikota-Wawali KK 2013-2018 kian kasip. Siapa-siapa para calon itu, tentu tak jauh dari nama-nama yang sudah wara-wiri selama ini.

Namun, sebagai bagian dari warga KK, saya kira berharap ada kandidat baru yang relatif ideal dari berbagai perpektif tetaplah sesuatu yang harus dibuka selebar-lebarnya. Apalagi kalau itu berbentuk kejutan yang tak hanya menjawab ekspektasi konstituen Pilwako, melainkan juga karena pasangan kandidat itu datang dari luar nama-nama mainstream.

***

Proses Pilwako KK hingga terpilihnya Walikota-Wawali, menurut hemat saya, harus dimaknai sebagai pembelajaran politik berkelanjutan oleh Parpol, kandidat, dan para konstituen. Demokrasi sebagai ekspresi politik, bagaimana pun juga adalah the long journey bagi setiap elemen dan komponen yang terlibat di dalamnya. Sebagai ikhtiar mengoreksi yang keliru, menyempurnakan yang kurang.

Demokrasi kita yang dengan cepat menuju kedewasaan, perlahan berhasil mengajarkan para konstituen untuk menakar dan menilai politik hingga lebih dari sekadar riak-riak dan gelombang permukaan. Masyarakat pemilih mulai menelisik hingga praktek-praktek substansial, semisal ‘’etika’’ berpolitik –sesungguhnya ini hal paling dasar yang kerap dimanipulasi dengan bungkus politik adalah politik-- Parpol atau kandidat (tidak hanya di Pilwako).

Perkara pentingnya etika pula yang membuat saya cerewet mengkritik Parpol dan para bakal calon Walikota-Wawali KK 2013-2018. Saya mempercayai, hanya Parpol atau politikus dengan etika terjaga yang mampu dipegang apa yang dikatakan; dan dipercayai apa yang dilakukan.

Itu sebabnya saya merasa agak terganggu membaca JaDi Terancam ‘Tidak Jadi’ Dampingi Tatong (http://beritamanado.com/berita-utama/rizal-manoppo-mencuat-tatong-belum-pasti-jadi/168702/) di Beritamanado.Com (Rabu, 13 Maret 2013) dan berita lain yang diunggah Selasa (12 Maret 2013), Ishak Ragu, Namun Rizal Yakin Dampingi Tatong (http://beritamanado.com/totabuan/ishak-ragu-namun-rizal-yakin-dampingi-tatong/168710/). Dalam politik segala hal mungkin, bahkan di menit-menit terakhir sebelum putusan paling akhir diambil.

Tetapi, fleksibilitas politik juga punya limitasi. PAN mengganti bakal calon Wawali di Pilwako 2013, yang dilalui dengan proses berliku –termasuk ikut sertanya TB di fit and proper test dan psikotes PDI Perjuangan—lengkap dengan unjuk kekuatan dukungan pada  Jumat (1Maret 2013) lalu, adalah spekulasi yang hampir tidak masuk akal. Jalan yang dilalui memilih JD mendampingi TB sudah diwarnai sejumlah kekeliruan besar. Apakah PAN ingin sekali lagi jatuh dalam kekeliruan fatal lainnya dengan menganulir JD?

***

Saya tidak mengenal Ir Rizal Manoppo yang disebut-sebut bakal diusung Partai Demokrat (PD) menggantikan JD sebagai pasangan TB di Pilwako KK. Di beberapa media hanya disebutkan dia adalah anggota DPR Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan anggota pengurus Departemen Pertahanan DPP PD. Lainnya, saya melihat iklannya di edisi cetak Harian Radar Totabuan yang memajang slogan ‘’Kota untuk Semua’’, sebagaimana yang dipopulerkan TB sejak akhir 2012 lalu.

Ada yang keliru, bukan hanya etika tetapi juga kewarasan, dari tuan Rizal Manoppo ini. Pertama, saya tidak tahu apakah TB dan para pemikir politik di belakangnya pernah mengizinkan ‘’Kota untuk Semua’’ digunakan pula oleh Rizal Manoppo. Namun slogan ini (setahu saya memang tidak pernah didaftarkan sebagai hak paten TB) dirumuskan jauh hari dan telah melekat sebagai indentitas politik TB untuk Pilwako KK. Penggunaan oleh politikus lain, apalagi yang tak memiliki afiliasi sama sekali dengan TB, tak lebih dari perampokan tak beretika.

Sedemikian sulitnyakah bagi Rizal Manoppo untuk sedikit kreatif menggagas resep jualan diri yang berbeda dengan politikus lain? Atau, jangan-jangan semestinya dia perlu memeriksa diri ke rumah sakit jiwa (RSJ) terdekat, siapa tahu ada guncangan yang ternyata telah mengganggu nalar dan logikanya. Jangan-jangan pula indikator utama yang dia gunakan bermanuver di Pilwako KK cuma bercermin di leper.

Percaya diri adalah salah satu modal yang umum dimiliki para politikus di luar bekal penting lain: lidah selicin piston yang baru diminyaki. Namun percaya diri berlebihan dapat pula menjadi petanda ketidak-tahu dirian. Dan ketidak-tahudirian tanpa takaran, apalagi kalau bukan petanda ketidak-warasan.

Kedua, saya bukanlah anggota salah satu Parpol, tapi paling tidak cukup tahu hirarki pengambilan keputusan khususnya dalam penentuan bakal calon Walikota-Wawali. Sepengetahuan saya di PAN diterapkan hirarki satu tingkat di atas, yang artinya kandidat di Pilwako diusulkan oleh DPD PAN KK, disetujui Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Sulut, atas sepengetahuan Dewan Pengurus Pusat (DPP). Mengganti bakal calon Wawali satu hari sebelum pendaftaran resmi sebagaimana yang diumumkan Ketua DPD KK, Begie Gobel, sama dengan harakiri untuk PAN.

Sejalan dengan itu, pernyataan Rizal Manoppo sebagaimana yang dikutip Beritamanado.Com, bahwa DPP PAN dan DPP PD sedang intens membahas koalisi dan akan turun ke KK sebelum memilih dia sebagai pendamping TB, betul-betul igauan orang sakit. Taruh kata dua Parpol ini memang sedemikian brengseknya hingga mudah diatur sesuka satu-dua elitnya, tapi saya yakin tidak demikian dengan warga KK.

Mencermati sepak-terjang Rizal Manoppo dan beberapa media yang ''mengkampanyekan'' klaimnya, saya menyimpulkan politik kita adalah arena paling mudah mengail popularitas. Dengan cara yang paling ''ajaib'' sekali pun. Apalagi didukung media yang meletakkan akal sehat, nalar, dan logika di daftar terbawah syarat layak berita.***