Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Wednesday, February 27, 2013

‘’Mission Possible’’ Kandidat Alternatif


MENGUTAK-ATIK dinamika politik pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Wawali) Kota Kotamobagu (KK) yang puncaknya berlangsung 24 Juni 2013 mendatang, sama mengasikkan dengan meramu nomor-nomor toto gelap (togel). Hari-hari terakhir ini, di saat partai politik (Parpol) dan para politisi sibuk merumus siapa pasangan bakal calon Walikota-Wawali yang mendapat ‘’tiket’’, pesona togel bahkan sesaat terpinggirkan.

Lucunya, di KK togel dan ‘’tanda-tanya’’ siapa pasangan bakal calon Walikota-Wawali Pilwako KK punya kemiripan. Saya tak pernah memasang togel, apalagi jadi penggemar, tetapi kerap memperhatikan bagaimana ‘’para pendekar’’ dan pecandunya mendapatkan nomor-nomor yang dianggap jitu: Mulai dari menerjemah mimpi, mengait-ngaitkan peristiwa apapun dengan angka (ada sepeda motor menabrak pohon sirsak, yang lebih dulu diperhatikan adalah pelat nomornya, bukan menolong korban), berkonsultasi pada mbah dukun, hingga anjasana dengan jailangkung.

Togel, di kitab hukum dan aturan formal di negeri ini, adalah pelanggaran yang ganjarannya pidana. Tapi, ada satu info unik yang saya dapatkan dari seorang kerabat yang menjadi dokter di salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), mungkin perlu jadi pertimbangan aparat berwenang.

Menurut kerabat dokter itu, belakangan angka pasien yang dibawa ke Puskesmas di malam hari akibat kecelakaan di jalan raya (biasanya karena ngebut-ngebutan dan balap liar), turun hingga hampir ke titik nol. Setelah dicermati, musababnya para ‘’orang malam’’ kurang kerjaan itu berhenti kelayapan dan naik ke tempat tidur lebih cepat, berharap dianugerahi mimpi yang dapat ‘’disyair’’ jadi nomor-nomor mujarab togel. Alhasil, ada loleke yang kini populer: ‘’Brenti jo bagate, mari jo ba togel.’’

Politik Pilwako tampaknya juga terseret arus ‘’pertogelan’’. Saya tidak perlu membahas lagi bagaimana Partai Golkar (PG) dan PDI Perjuangan berkoalisi mengusung Djelantik Mokodompit (DjM)-Rustam Simbala (RS); Partai Amanat Nasional (PAN) menyokong Tatong Bara (TB)-Jainudin Damopolii (JD); koalisi 14 Parpol non seat yang konon sudah mengabsahkan AR Mokoginta (ARM)-Sahat Robert Siagian (SRS); dan entah pasangan siapa lagi yang akan menyusul, sebelum batas akhir pendaftaran ditutup Komisi Pemilihan Umum (KPU) KK.

Yang jelas, penetapan pasangan-pasangan itu tampaknya sebagian hanya berdasarkan interpretasi atas klaim-klaim politik; asumsi; kemauan satu-dua elit tertinggi partai; dan sebagian patut diduga atas konsultasi dengan mbah dukun atau jailangkung.

Berhubungan saya bukan mbah dukun, apalagi jailangkung, ketika Rabu siang (27 Februari 2013) dimintai pendapat berkaitan dengan pernyataan salah seorang pengurus DPD PDI Perjuangan KK, Riswanto Dali, saya balik bertanya, ‘’Pernyataan yang mana?’’ Maka disodorkannya berita di Harian Manado Post, PDIP Vs Golkar Ketat: Buru Kemenangan di Lima Pilkada (http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=120562), di mana Dali menyatakan, ‘’Figur Rustam bisa mempengaruhi bahkan menenggelamkan figur Tatong di basisnya, yakni Kelurahan Matali.’’

O, pernyataan yang itu. Respons saya adalah: ‘’Masyarakat Matali harus bangga bahwa ada dua warganya yang mendapat kehormatan politik bertarung di Pilwako KK. Tapi, dari sisi politik, saya tidak melihat rasionalitas rivalitas RS dan TB dalam konteks Matali saja; sebab memangnya Pilwako hanya dilangsungkan di Matali?’’

Penyakit sinis saya memang sedang kumat. Sebagai bonus, saya sukarela pula mencela Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN KK, Begie Gobel, yang mengemukakan bahwa partainya tidak gentar melihat kekuatan lawan, karena mereka sudah membangun infrastruktur politik yang kokoh untuk memenangkan TB-JD. Ah, ini pernyataan ala jailangkung. Memangnya partai lain selama ini cuma tidur dan main video game?

Kian lama dicermati, saya mulai meragukan pengetahuan politik dan kewarasan sendiri. Sebab kelihatannya cara menujum nomor-nomor togel masih lebih rasional dibanding langkah dan tindakan Parpol serta para elit politik KK di keriuhan Pilwako.

***

Ringkasnya, klaim-klaim Parpol maupun elit-elitnya yang bersiliweran sama sekali tak dilengkapi data atau bukti pembanding yang mampu membangkitkan atau mempertegas kepercayaan konstituen. Para tukang bikin pernyataan, terutama di media massa, (sekali lagi) terkesan meremehkan dan mengesampingkan kecerdasan dan keawasan konstituen.

Mereka tidak belajar dari pemilihan yang berlangsung beberapa waktu terakhir ini di seantero Indonesia, yang hasilnya selalu mengundang kejutan. Yang terakhir bagaimana Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar memenangkan Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Ilgub) Jawa Barat. Padahal, dari sisi partai pengusung, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang jadi jangkar pasangan ini, baru saja oleng akibat dugaan kasus korupsi yang melilit Presiden-nya.

Dikontekskan dengan Mongondow, hasil pemilihan Bupati-Wakil Bupati (Pilbup) Bolaang Mongondow (Bolmong) Induk atau Bolaang Mongondow Timur (Boltim), adalah bukti lain yang semestinya bukan sekadar catatan kaki bagi aktor-aktor utama Pilwako KK. Hingga menjelang pendaftaran calon, elektabilitas Salihi Mokodongan (yang kemudian terpilih sebagai Bupati Bolmong), sesungguhnya jauh di bawah Aditya Moha. Demikian pula dengan Boltim, yang bahkan di saat Pilbup mulai berlangsung, masih memajang angka 86 persen elektabilitas untuk kandidat PG, Sehan Mokoagow. Kita tahu hasil akhirnya yang terpilih adalah Sehan Lanjar yang sebelumnya tak masuk hitungan sama sekali.

Maka, saya berani menyakinkan, pekan-pekan ini sesungguhnya belum ada satu pasang calon pun, terutama DjM-RS dan TB-JD, yang menguasai peta pilihan konstituen Pilwako KK. Situasi ini memberi peluang bagi calon alternatif, yang dipilih berdasarkan pertimbangan hati-hati, matang, dan holistik. Calon Walikota-Wawali yang minimal memenuhi ekspektasi masyarakat KK yang relatif lebih terpapar pendidikan politik karena mudahnya akses terhadap media massa.

Kabar baiknya (dan ini mungkin akan jadi kejutan yang meramaikan Pilwako), berdasarkan komposisi perolehan suara di Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 lalu, masih terbuka peluang bagi minimal dua pasang bakal calon tambahan. Kemungkinan pertama antara Nurdin Makalalag atau Mohamad Salim Lanjar (MSL). Yang kedua, yang prosesnya sudah berlangsung intensif tiga hari terakhir, adalah pasangan baru yang tak pernah diprediksi sebelumnya.

Menjelang makan siang, ketika salah satu kandidat kejutan itu menelepon, saya dengan spontan memberikan support. Siapa mereka, Parpol mana saja yang akan mengusung, dan apa alasan mereka dimajukan, biarlah terjawab setelah masalah-masalah administrasi dan kesepakatan politik Parpol pengusung dituntaskan.

Yang jelas, memenangkan Pilwako KK, terlebih bagi calon yang benar-benar baru, kredibel, dengan strategi, taktik, dan komunikasi politik mumpuni, bukan mission impossible. Politik yang datar dan landai-landai tidaklah menantang para petarung yang berani mengambil risiko yang terkalkulasi.***