MENGUTAK-ATIK
dinamika politik pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Wawali) Kota Kotamobagu
(KK) yang puncaknya berlangsung 24 Juni 2013 mendatang, sama mengasikkan dengan
meramu nomor-nomor toto gelap (togel).
Hari-hari terakhir ini, di saat partai politik (Parpol) dan para politisi sibuk
merumus siapa pasangan bakal calon Walikota-Wawali yang mendapat ‘’tiket’’,
pesona togel bahkan sesaat
terpinggirkan.
Lucunya, di KK togel
dan ‘’tanda-tanya’’ siapa pasangan bakal calon Walikota-Wawali Pilwako KK punya
kemiripan. Saya tak pernah memasang togel,
apalagi jadi penggemar, tetapi kerap memperhatikan bagaimana ‘’para pendekar’’
dan pecandunya mendapatkan nomor-nomor yang dianggap jitu: Mulai dari
menerjemah mimpi, mengait-ngaitkan peristiwa apapun dengan angka (ada sepeda
motor menabrak pohon sirsak, yang lebih dulu diperhatikan adalah pelat
nomornya, bukan menolong korban), berkonsultasi pada mbah dukun, hingga
anjasana dengan jailangkung.
Togel, di kitab
hukum dan aturan formal di negeri ini, adalah pelanggaran yang ganjarannya
pidana. Tapi, ada satu info unik yang saya dapatkan dari seorang kerabat yang
menjadi dokter di salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Bolaang
Mongondow Utara (Bolmut), mungkin perlu jadi pertimbangan aparat berwenang.
Menurut kerabat dokter itu, belakangan angka pasien yang
dibawa ke Puskesmas di malam hari akibat kecelakaan di jalan raya (biasanya karena
ngebut-ngebutan dan balap liar), turun hingga hampir ke titik nol. Setelah dicermati,
musababnya para ‘’orang malam’’ kurang kerjaan itu berhenti kelayapan dan naik
ke tempat tidur lebih cepat, berharap dianugerahi mimpi yang dapat ‘’disyair’’
jadi nomor-nomor mujarab togel.
Alhasil, ada loleke yang kini
populer: ‘’Brenti jo bagate, mari jo ba togel.’’
Politik Pilwako tampaknya juga terseret arus ‘’pertogelan’’.
Saya tidak perlu membahas lagi bagaimana Partai Golkar (PG) dan PDI Perjuangan
berkoalisi mengusung Djelantik Mokodompit (DjM)-Rustam Simbala (RS); Partai
Amanat Nasional (PAN) menyokong Tatong Bara (TB)-Jainudin Damopolii (JD);
koalisi 14 Parpol non seat yang konon
sudah mengabsahkan AR Mokoginta (ARM)-Sahat Robert Siagian (SRS); dan entah
pasangan siapa lagi yang akan menyusul, sebelum batas akhir pendaftaran ditutup
Komisi Pemilihan Umum (KPU) KK.
Yang jelas, penetapan pasangan-pasangan itu tampaknya
sebagian hanya berdasarkan interpretasi atas klaim-klaim politik; asumsi;
kemauan satu-dua elit tertinggi partai; dan sebagian patut diduga atas
konsultasi dengan mbah dukun atau jailangkung.
Berhubungan saya bukan mbah dukun, apalagi jailangkung,
ketika Rabu siang (27 Februari 2013) dimintai pendapat berkaitan dengan
pernyataan salah seorang pengurus DPD PDI Perjuangan KK, Riswanto Dali, saya
balik bertanya, ‘’Pernyataan yang mana?’’ Maka disodorkannya berita di Harian Manado Post, PDIP Vs Golkar Ketat: Buru Kemenangan di Lima Pilkada (http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=120562),
di mana Dali menyatakan, ‘’Figur
Rustam bisa mempengaruhi bahkan menenggelamkan figur Tatong di basisnya, yakni
Kelurahan Matali.’’
O, pernyataan yang
itu. Respons saya adalah: ‘’Masyarakat Matali harus bangga bahwa ada dua
warganya yang mendapat kehormatan politik bertarung di Pilwako KK. Tapi, dari
sisi politik, saya tidak melihat rasionalitas rivalitas RS dan TB dalam konteks
Matali saja; sebab memangnya Pilwako hanya dilangsungkan di Matali?’’
Penyakit sinis saya
memang sedang kumat. Sebagai bonus, saya sukarela pula mencela Ketua Dewan
Pimpinan Daerah (DPD) PAN KK, Begie Gobel, yang mengemukakan bahwa partainya
tidak gentar melihat kekuatan lawan, karena mereka sudah membangun
infrastruktur politik yang kokoh untuk memenangkan TB-JD. Ah, ini pernyataan
ala jailangkung. Memangnya partai lain selama ini cuma tidur dan main video game?
Kian lama dicermati, saya mulai meragukan pengetahuan
politik dan kewarasan sendiri. Sebab kelihatannya cara menujum nomor-nomor togel masih lebih rasional dibanding
langkah dan tindakan Parpol serta para elit politik KK di keriuhan Pilwako.
***
Ringkasnya, klaim-klaim Parpol maupun elit-elitnya yang
bersiliweran sama sekali tak dilengkapi data atau bukti pembanding yang mampu
membangkitkan atau mempertegas kepercayaan konstituen. Para tukang bikin
pernyataan, terutama di media massa, (sekali lagi) terkesan meremehkan dan
mengesampingkan kecerdasan dan keawasan konstituen.
Mereka tidak belajar dari pemilihan yang berlangsung
beberapa waktu terakhir ini di seantero Indonesia, yang hasilnya selalu
mengundang kejutan. Yang terakhir bagaimana Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar
memenangkan Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Ilgub) Jawa Barat. Padahal, dari
sisi partai pengusung, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang jadi jangkar
pasangan ini, baru saja oleng akibat dugaan kasus korupsi yang melilit
Presiden-nya.
Dikontekskan dengan Mongondow, hasil pemilihan Bupati-Wakil
Bupati (Pilbup) Bolaang Mongondow (Bolmong) Induk atau Bolaang Mongondow Timur
(Boltim), adalah bukti lain yang semestinya bukan sekadar catatan kaki bagi
aktor-aktor utama Pilwako KK. Hingga menjelang pendaftaran calon, elektabilitas
Salihi Mokodongan (yang kemudian terpilih sebagai Bupati Bolmong), sesungguhnya
jauh di bawah Aditya Moha. Demikian pula dengan Boltim, yang bahkan di saat
Pilbup mulai berlangsung, masih memajang angka 86 persen elektabilitas untuk
kandidat PG, Sehan Mokoagow. Kita tahu hasil akhirnya yang terpilih adalah
Sehan Lanjar yang sebelumnya tak masuk hitungan sama sekali.
Maka, saya berani menyakinkan, pekan-pekan ini sesungguhnya
belum ada satu pasang calon pun, terutama DjM-RS dan TB-JD, yang menguasai peta
pilihan konstituen Pilwako KK. Situasi ini memberi peluang bagi calon
alternatif, yang dipilih berdasarkan pertimbangan hati-hati, matang, dan
holistik. Calon Walikota-Wawali yang minimal memenuhi ekspektasi masyarakat KK
yang relatif lebih terpapar pendidikan politik karena mudahnya akses terhadap
media massa.
Kabar baiknya (dan ini mungkin akan jadi kejutan yang
meramaikan Pilwako), berdasarkan komposisi perolehan suara di Pemilihan Umum
(Pemilu) 2009 lalu, masih terbuka peluang bagi minimal dua pasang bakal calon
tambahan. Kemungkinan pertama antara Nurdin Makalalag atau Mohamad Salim Lanjar
(MSL). Yang kedua, yang prosesnya sudah berlangsung intensif tiga hari
terakhir, adalah pasangan baru yang tak pernah diprediksi sebelumnya.
Menjelang makan siang, ketika salah satu kandidat kejutan itu
menelepon, saya dengan spontan memberikan support.
Siapa mereka, Parpol mana saja yang akan mengusung, dan apa alasan mereka
dimajukan, biarlah terjawab setelah masalah-masalah administrasi dan
kesepakatan politik Parpol pengusung dituntaskan.
Yang jelas, memenangkan Pilwako KK, terlebih bagi calon yang benar-benar baru, kredibel, dengan strategi, taktik, dan komunikasi politik mumpuni, bukan mission impossible. Politik yang datar dan landai-landai tidaklah menantang para petarung yang berani mengambil risiko yang terkalkulasi.***
Yang jelas, memenangkan Pilwako KK, terlebih bagi calon yang benar-benar baru, kredibel, dengan strategi, taktik, dan komunikasi politik mumpuni, bukan mission impossible. Politik yang datar dan landai-landai tidaklah menantang para petarung yang berani mengambil risiko yang terkalkulasi.***