Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Thursday, February 28, 2013

Lucu-Lucu Anggota DPR Kita


MARI rehat sejenaknya dari seriusnya politik di Mongondow, terutama sangkarut pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Pilwako) Kota Kotamobagu (KK) dan pemilihan Bupati-Wakil Bupati (Pilbup) Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). Politik dan politikus, sebagaimana profesi lain dan pelakunya, selalu punya sisi manusiawi: Yang menyedihkan, memuakkan, atau bahkan mengundang gelak.

Kisah yang akan dibeber ini, misalnya, yang pertama kali saya dengar beberapa waktu lalu, bagi sebagian orang menunjukkan betapa naif sekaligus kocaknya politikus di Mongondow. Untuk saya pribadi, sebaliknya mengundang keprihatinan karena menunjukkan kualitas politikus kita memang masih ‘’pas atau kurang sedikit dari bandrol’’.

Tersebutlah dalam sebuah perjalanan kunjungan kerja (Kunker) beberapa anggota DPR dari salah satu kabupaten di Mongondow tiba di Bandara Sam Ratulangi. Rombongan anggota dewan yang terhormat ini segera melakukan check in. Setelah boarding pass di tangan, salah seorang di antara mereka segera merogoh kantong, mengambil telepon selular, dan rupanya menelepon istri tercinta.

Telepon terhubung dan membahanalah suara tokoh DPR kita, yang terdengar jelas hampir ke seantero ruangan: ‘’Ma, Papa sudah di bandara dan baru selesai check up.’’ Check up? Anggota DPR kita ini langsung ke bandara setelah sebelumnya mampir ke rumah sakit (RS) atau klinik memeriksakan kesehatannya? Atau sebelum melakukan check in dia melapor terlebih dahulu ke Klinik Bandara?

Cerita itu saya anggap lelucon belaka, yang dituturkan dari mulut ke mulut sebagai bumbu penyedap politik. Orang Mongondow yang saya kenal memang suka memelesetkan hal-hal serius di situasi-situasi formal sekali pun. Tapi kalau peristiwa itu benar terjadi, kita maafkan saja. Beda antara check in dan check up kan cuma pada ‘’in’’ dan ‘’up’’-nya. Lagipula lebih baik anggota DPR kita itu kebanyakan check up ketimbang check in, yang ujung-ujungnya bisa digugat istri dan diancam pecat oleh partai karena kepergok digerebek polisi.

***

Orang Mongondow mesti bangga dengan anggota-anggota DPR dari dan di wilayahnya. Di belahan Indonesia mana ada anggota DPR provinsi yang menyelesaikan gelar sarjana (hukum pula) di saat sudah menduduki kursi yang terhormat, namun kebingungan ketika ditanyai apa itu ‘’Tupoksi’’ (tugas pokok dan fungsi)? Hanya anggota DPR asal Mongondow yang bisa begitu dan tetap lulus ujian sarjana. Luar biasa bukan?

Alhamdulillah, setelah sekian lama, tampaknya yang bersangkutan sudah belajar tentang Tupoksi. Hari ini (Kamis, 28 Februari 2013), saya membaca di salah satu situs berita, dia dengan percaya diri menyebutkan kata ini.

Bagaimana pula kita tidak harus kagum bila ada sejumlah anggota DPR menyatakan petisi dibubuhi cap jempol darah? Terlebih alasannya demi memperjuangkan harkat-hidup rakyat, mati sekali pun tak jadi soal. Seram sekaligus heroik. Ya, kalau pun beberapa pekan kemudian mereka diam-diam menarik jempolnya, petisi dianggap khilaf dan baku sedu saja, namanya juga  ‘’anggota dewan yang terhormat’’.

Daftar lucu-lucu anggota DPR kita kian panjang karena ancaman interpelasi seperti yang disuarakan terhadap Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Induk; yang terkini ke Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bolmut). Yang satu diam-diam hilang ditelan ombak; yang satu lagi masih terus dinyatakan sebagai ancaman. Kapan interpelasi itu dilakukan, hanya DPR yang tahu.

Berbeda dengan kelucuan-kelucuan yang kental bau politik yang biasanya jadi konsumsi sesaat publik dan media, urusan narkota dan obat-obat terlarang lebih awet sebagai obyek ketakjuban. Ihwal Narkoba, DPR Bolaang Mongondow Timur (Boltim) dan anggota DPR Sulut asal Bolmong Raya masih menjadi ‘’juara’’.

Kesenangan menghidu sabu-sabu yang sebelumnya membuat salah satu anggota DPR Boltim dicokot polisi dan mental dari jabatan; tidak membuat kapok koleganya. Yang terbaru, salah seorang anggota legislatif kabupaten yang dipimpin Sehan Lanjar-Medi Lensun ini, digerebek polisi karena kegemaran ‘’terbang tinggi’’ dengan Narkoba.

Sebagai peristiwa, yang dialami anggota DPR Boltim yang juga dikenal sebagai tokoh terpandan dan bersahaja itu, bagi kebanyakan orang mudah jadi santapan gosip dan olok-olok. Bagi saya pribadi, justru momen kesedihan: Kenapa dia tidak mencari kesenangan yang lain, misalnya memelihara bebek, kambing, atau lele dumbo?

Saya berempati sekaligus simpati tatkala anggota DPR Sulut asal Bolmong terseret isu pengeroyokan di salah satu tempat karaoke di Manado. Di tengah tertawaan banyak orang, karena tindakannya dianggap banci (main keroyok di mana pun bukanlah kelakuan seorang gentlemen), saya alpa tertawa. Sama halnya ketika anggota DPR yang sama (yang juga anak seorang Kepala Daerah di Mongondow) ditangkap karena kepemilikan dan konsumsi Narkoba. Menyusul vonis yang disambut kegembiraan banyak orang, saya masih tetap tak melihat sisi lucunya.

Tapi begitu partai yang bersangkutan, yang sebelumnya gagah perkasa memaklumatkan sikap anti Narkoba dan mengancam setiap kader yang tersangkut langsung ditebas, tak kunjung terang juntrungannya, saya melihat sebagai lelucon yang pantas ditertawai. Politikus memang suka tidak konsisten –untuk tidak mengatakan gemar berdusta-- dan tebang pilih.

Satu ketika saya terlibat percakapan seru dengan beberapa politikus (di antara anggota DPR) sembari mengawasi keponakan bermain. Saya tahu, sesekali si Bengal ini menghentikan keasikkan dan memperhatikan apa yang dengan berbusa-busa di dikatakan anggota majelis diskusi. Lalu, keriuhan kami dijeda permintaan ke kamar kecil oleh keponakan, yang membuat saya terpaksa melompat menggandeng dia agar hajat yang mendesak bisa dimenej.

Walau terburu-buru, si Bengal itu masih sempat bertanya, ‘’Uncle, sapa-sapa itu? Dorang pe karja apa?’’ Untuk menghentikan rentetan pertanyaan berikut, tips terbaik menghadapi anak kecil adalah langsung pada sasaran. ‘’Dorang itu politikus. Anggota DPR.’’

Saya melihat senyum jail di matanya sebelum memberi komentar terakhir, ‘’O, papandusta samua kang…..’’

Sikap ‘’partai undur-undur’’ itu memang lucu. Terlebih ketika anggota DPR itu (lagi-lagi orang yang sama) dilanda badai porno aksi yang menyebar bagai api membakar ilalang lewat telepon selular dan media sosial.

Hingga saat ini saya memegang teguh sikap, bahwa: Tindakan paling tidak etis dalam politik adalah menyerang lawan dengan senjata yang berkaitan dengan perilaku pribadinya, lebih khusus yang seharusnya hanya disimpan rapat di ruang tertutup.

Itu sebabnya, saya langsung bereaksi ketika disodori fakta yang lebih seram berkaitan dengan Narkoba dan porno aksi dari anggota DPR Sulut lain asal Bolmong; yang lebih horor dari rekannya yangkini  telah jadi konsumsi orang banyak. Apalagi bukti-bukti yang disodorkan amat lucu, karena bakal mengguncang jagad politik Mongondow yang kini masyuk isu pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Pilwako) KK dan pemilihan Bupati-Wakil Bupati (Pilbup) Bolmut.

Pembaca, Anda tentu akan menebak-nebak dan menduga-duga. Sekadar sebagai lucu-lucuan, biarkan itu menjadi tebakan-tebakkan dan duga-duga saja.***

Wednesday, February 27, 2013

‘’Mission Possible’’ Kandidat Alternatif


MENGUTAK-ATIK dinamika politik pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Wawali) Kota Kotamobagu (KK) yang puncaknya berlangsung 24 Juni 2013 mendatang, sama mengasikkan dengan meramu nomor-nomor toto gelap (togel). Hari-hari terakhir ini, di saat partai politik (Parpol) dan para politisi sibuk merumus siapa pasangan bakal calon Walikota-Wawali yang mendapat ‘’tiket’’, pesona togel bahkan sesaat terpinggirkan.

Lucunya, di KK togel dan ‘’tanda-tanya’’ siapa pasangan bakal calon Walikota-Wawali Pilwako KK punya kemiripan. Saya tak pernah memasang togel, apalagi jadi penggemar, tetapi kerap memperhatikan bagaimana ‘’para pendekar’’ dan pecandunya mendapatkan nomor-nomor yang dianggap jitu: Mulai dari menerjemah mimpi, mengait-ngaitkan peristiwa apapun dengan angka (ada sepeda motor menabrak pohon sirsak, yang lebih dulu diperhatikan adalah pelat nomornya, bukan menolong korban), berkonsultasi pada mbah dukun, hingga anjasana dengan jailangkung.

Togel, di kitab hukum dan aturan formal di negeri ini, adalah pelanggaran yang ganjarannya pidana. Tapi, ada satu info unik yang saya dapatkan dari seorang kerabat yang menjadi dokter di salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), mungkin perlu jadi pertimbangan aparat berwenang.

Menurut kerabat dokter itu, belakangan angka pasien yang dibawa ke Puskesmas di malam hari akibat kecelakaan di jalan raya (biasanya karena ngebut-ngebutan dan balap liar), turun hingga hampir ke titik nol. Setelah dicermati, musababnya para ‘’orang malam’’ kurang kerjaan itu berhenti kelayapan dan naik ke tempat tidur lebih cepat, berharap dianugerahi mimpi yang dapat ‘’disyair’’ jadi nomor-nomor mujarab togel. Alhasil, ada loleke yang kini populer: ‘’Brenti jo bagate, mari jo ba togel.’’

Politik Pilwako tampaknya juga terseret arus ‘’pertogelan’’. Saya tidak perlu membahas lagi bagaimana Partai Golkar (PG) dan PDI Perjuangan berkoalisi mengusung Djelantik Mokodompit (DjM)-Rustam Simbala (RS); Partai Amanat Nasional (PAN) menyokong Tatong Bara (TB)-Jainudin Damopolii (JD); koalisi 14 Parpol non seat yang konon sudah mengabsahkan AR Mokoginta (ARM)-Sahat Robert Siagian (SRS); dan entah pasangan siapa lagi yang akan menyusul, sebelum batas akhir pendaftaran ditutup Komisi Pemilihan Umum (KPU) KK.

Yang jelas, penetapan pasangan-pasangan itu tampaknya sebagian hanya berdasarkan interpretasi atas klaim-klaim politik; asumsi; kemauan satu-dua elit tertinggi partai; dan sebagian patut diduga atas konsultasi dengan mbah dukun atau jailangkung.

Berhubungan saya bukan mbah dukun, apalagi jailangkung, ketika Rabu siang (27 Februari 2013) dimintai pendapat berkaitan dengan pernyataan salah seorang pengurus DPD PDI Perjuangan KK, Riswanto Dali, saya balik bertanya, ‘’Pernyataan yang mana?’’ Maka disodorkannya berita di Harian Manado Post, PDIP Vs Golkar Ketat: Buru Kemenangan di Lima Pilkada (http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=120562), di mana Dali menyatakan, ‘’Figur Rustam bisa mempengaruhi bahkan menenggelamkan figur Tatong di basisnya, yakni Kelurahan Matali.’’

O, pernyataan yang itu. Respons saya adalah: ‘’Masyarakat Matali harus bangga bahwa ada dua warganya yang mendapat kehormatan politik bertarung di Pilwako KK. Tapi, dari sisi politik, saya tidak melihat rasionalitas rivalitas RS dan TB dalam konteks Matali saja; sebab memangnya Pilwako hanya dilangsungkan di Matali?’’

Penyakit sinis saya memang sedang kumat. Sebagai bonus, saya sukarela pula mencela Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PAN KK, Begie Gobel, yang mengemukakan bahwa partainya tidak gentar melihat kekuatan lawan, karena mereka sudah membangun infrastruktur politik yang kokoh untuk memenangkan TB-JD. Ah, ini pernyataan ala jailangkung. Memangnya partai lain selama ini cuma tidur dan main video game?

Kian lama dicermati, saya mulai meragukan pengetahuan politik dan kewarasan sendiri. Sebab kelihatannya cara menujum nomor-nomor togel masih lebih rasional dibanding langkah dan tindakan Parpol serta para elit politik KK di keriuhan Pilwako.

***

Ringkasnya, klaim-klaim Parpol maupun elit-elitnya yang bersiliweran sama sekali tak dilengkapi data atau bukti pembanding yang mampu membangkitkan atau mempertegas kepercayaan konstituen. Para tukang bikin pernyataan, terutama di media massa, (sekali lagi) terkesan meremehkan dan mengesampingkan kecerdasan dan keawasan konstituen.

Mereka tidak belajar dari pemilihan yang berlangsung beberapa waktu terakhir ini di seantero Indonesia, yang hasilnya selalu mengundang kejutan. Yang terakhir bagaimana Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar memenangkan Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Ilgub) Jawa Barat. Padahal, dari sisi partai pengusung, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang jadi jangkar pasangan ini, baru saja oleng akibat dugaan kasus korupsi yang melilit Presiden-nya.

Dikontekskan dengan Mongondow, hasil pemilihan Bupati-Wakil Bupati (Pilbup) Bolaang Mongondow (Bolmong) Induk atau Bolaang Mongondow Timur (Boltim), adalah bukti lain yang semestinya bukan sekadar catatan kaki bagi aktor-aktor utama Pilwako KK. Hingga menjelang pendaftaran calon, elektabilitas Salihi Mokodongan (yang kemudian terpilih sebagai Bupati Bolmong), sesungguhnya jauh di bawah Aditya Moha. Demikian pula dengan Boltim, yang bahkan di saat Pilbup mulai berlangsung, masih memajang angka 86 persen elektabilitas untuk kandidat PG, Sehan Mokoagow. Kita tahu hasil akhirnya yang terpilih adalah Sehan Lanjar yang sebelumnya tak masuk hitungan sama sekali.

Maka, saya berani menyakinkan, pekan-pekan ini sesungguhnya belum ada satu pasang calon pun, terutama DjM-RS dan TB-JD, yang menguasai peta pilihan konstituen Pilwako KK. Situasi ini memberi peluang bagi calon alternatif, yang dipilih berdasarkan pertimbangan hati-hati, matang, dan holistik. Calon Walikota-Wawali yang minimal memenuhi ekspektasi masyarakat KK yang relatif lebih terpapar pendidikan politik karena mudahnya akses terhadap media massa.

Kabar baiknya (dan ini mungkin akan jadi kejutan yang meramaikan Pilwako), berdasarkan komposisi perolehan suara di Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 lalu, masih terbuka peluang bagi minimal dua pasang bakal calon tambahan. Kemungkinan pertama antara Nurdin Makalalag atau Mohamad Salim Lanjar (MSL). Yang kedua, yang prosesnya sudah berlangsung intensif tiga hari terakhir, adalah pasangan baru yang tak pernah diprediksi sebelumnya.

Menjelang makan siang, ketika salah satu kandidat kejutan itu menelepon, saya dengan spontan memberikan support. Siapa mereka, Parpol mana saja yang akan mengusung, dan apa alasan mereka dimajukan, biarlah terjawab setelah masalah-masalah administrasi dan kesepakatan politik Parpol pengusung dituntaskan.

Yang jelas, memenangkan Pilwako KK, terlebih bagi calon yang benar-benar baru, kredibel, dengan strategi, taktik, dan komunikasi politik mumpuni, bukan mission impossible. Politik yang datar dan landai-landai tidaklah menantang para petarung yang berani mengambil risiko yang terkalkulasi.***

Tuesday, February 26, 2013

Neraka Perasaan di Pilwako KK


PUKUL 04.20 Wita, Selasa (26 Februari 2013), situs Beritakawanua.Com menggunggah PG-PDIP Usung Djelantik-Rustam di Pilkada KK (http://beritakawanua.com/berita/kotamobagu/pg-pdip-usung-djelantik-rustam-di-pilkada-kk). Berita ini mengkonfirmasi Partai Golkar Kota Kotamobagu (PG KK) akhirnya berkoalisi dengan PDI Perjuangan dan mengusung Djelantik Mokodompit (DjM)-Rustam Simbala (RS) sebagai bakal calon Walikota-Wakil Walikota (Wawali) di Pilwako 24 Juni 2013 mendatang.

Koalisi PG-PDI Perjuangan KK adalah keniscayaan setelah Partai Amanat Nasional (PAN) memutuskan stand alone mengusung pesaing DjM, Tatong Bara (TB) disandingkan dengan bakal calon Wawali Jainudin Damopolii (JD). Pilihan disandingkannya Sekretaris PDI Perjuangan KK sebagai pendamping DjM juga tidak mengejutkan.

Keterbatasan kader membuat pilihan PDI Perjuangan tak banyak. Harapan bahwa partai ini bakal melakukan terobosan dengan memilih kandidat di luar kader partai (misalnya Hairil Paputungan atau Taufiq Mokoginta) untuk meluaskan konstituen, tampaknya bukan alternatif yang dianggap tepat. Pada akhirnya, langkah-langkah PAN, PG, maupun PDI Perjuangan adalah politic as usual. Mudah diprediksi. Analisisnya tidak memerlukan kecanggihan pengetahuan politik.

***

Dari tafsir awam, koalisi PG-PDI Perjuangan sangat kokoh menopang DjM-RS. PG dengan manajemen dan infrastruktur partai yang tertata akan diperkuat militansi kader-kader PDI Perjuangan yang loyalitasnya sudah teruji sejak dua Pemilihan Umum (Pemilu) terdahulu.

Tapi, politik selalu punya kompleksitas tersendiri, apalagi ketika kita menguak potensi-potensi yang melemahkan DjM-RS yang selama ini hanya samar-samar diketahui atau jadi diskursus di kalangan terbatas. Yang paling krusial, menurut pandangan dan pengetahuan saya (yang serba terbatas), adalah faktor Hairil Paputungan (General Manager Harian Posko Manado), yang beberapa bulan terakhir digadang-gadang (dan mengadang-ngadang diri) sebagai bakal calon pendamping DjM.

Tersebutlah satu hari saya menghabiskan waktu panjang dengan Hairil Paputungan, mempercakapkan ikut sertanya dia mencalonkan diri di Pilwako KK. Di posisi Wawali dan hanya untuk DjM. Mengingat rekam-jejak DjM selama ini, saya mengingatkan Hairil bahwa apa yang dia lakukan berpotensi jadi kesia-siaan. Tanpa sungkan saya mengatakan, ‘’Depe ujung ngana komang ada di daftar orang-orang yang ta tipu karna DjM ba dusta akang. Samua cuma sorga talinga, naraka di perasaan.’’

Namun keyakinan Hairil Paputungan tak tergoyahkan. Dia memastikan segera bersosialisasi, mengkampanyekan diri, agar dikenal, diterima, dan nantinya dipilih oleh konstituen Pilwako KK. Saya mengenal dia di rentang waktu sangat panjang. Menyapa Hairil dengan Abo’ –antara serius dan main-main karena sikapnya yang suka besar kepala. Kedekatan itu menyakinkan saya bahwa dia (yang selalu rasional dalam tindakan) punya alasan kuat ikut mencalonkan diri.

Dari sumber yang lain, yang kredibilitasnya tak diragukan, saya mendapatkan background lebih lengkap. Hairil Paputungan berani mencalonkan diri sebagai bakal calon Wawali KK dan hanya untuk DjM, karena dia dilamar langsung oleh DjM. Lamaran itu bahkan dilakukan di depan seorang tokoh Mongondow berpengaruh, yang disegani dan dihormati Hairil dalam konteks pribadi dan profesional.

Tak urung saya terbahak mengetahui ihwal langkah politik DjM itu. Bagi Hairil Paputungan, risiko menerjunkan diri di Pilwako KK selain menguras energi dan dana; langsung atau tidak berarti menjadi duta nama besar Kelompok Penerbitan Manado Post (Harian Posko Manado adalah anak perusahaan grup bisnis ini), yang juga menjadi bagian dari imperium Jawa Pos Group. Akan halnya DjM, melamar Hairil Paputungan (apalagi dengan garansi 100 persen dipilih), sebenarnya strategi dan taktik politik piawai. Dia menyasar dukungan Kelompok Manado Post yang pasti efektif menjadi wahana kampanye, terutama untuk masyarakat KK yang relatif familiar dan sadar pentingnya peran media massa.

Hingga di titik itu, seluruh sosialisasi dan kampanye yang dilakukan Hairil Paputungan masuk akal dan bukan kenekadan orang gila popularitas. PG sebagai penguasa DPR KK toh sudah menggenggam tiket sebagai partai yang dapat mengusung sendiri bakal calon Walikota-Wawali sendiri.

Tapi ketika DjM bertualang mendekati PDI Perjuangan, bahkan ikut serta di fit and proper test (FPT) dan psikotes yang dilaksanakan partai ini, saya membaca signal buruk bakal tersingkirnya Hairil Paputungan. Lamaran yang disampaikan sebelumnya, yang tampaknya dilakukan dengan kesungguhan (bahkan atas restu tokoh yang disegani dan dihormati oleh Hairil) memang hanya dusta dan tipu-tipu yang sudah jadi ciri khas DjM.

Kalkulasi politik macam apa yang ada di jidat DjM? Tidakkah dia menyadari bahwa perlakuan terhadap Hairil Paputungan itu sama dengan menggali ‘’kapak perang’’ dengan kelompok yang memiliki pengaruh kuat di kalangan konstituen Pilwako KK. Hairil jelas terluka dengan penetapan DjM-RS sebagai bakal calon Walikota-Wawali dari PG berkoalisi dengan PDI Perjuangan. Di saat yang sama, sejumlah tokoh berpengaruh yang terlibat dalam proses ‘’lamaran DjM’’ murka karena terang-terangan dikencingi di atas kepala.

Saya bersimpati dan berempati pada Hairil Paputungan, tetapi sekaligus lega karena jauh hari sebelumnya telah ‘’menggugurkan kewajiban’’ dengan terus-menerus mengingatkan dia soal rekam-jejak DjM. Bagi saya lebih mudah mempercayai ular dan serigala ketimbang DjM. Untuk Hairil dan beberapa tokoh yang terlibat dalam kisah pedih politik ini, yang juga saya kenal sangat baik, apa yang terjadi adalah bukti bahwa yang saya tuliskan selama ini bukanlah fitnah dengan niat merusak nama baik seseorang.

***

Di luar tensi tinggi berhadap-hadapannya DjM dan TB dengan pasangan masing-masing, dinamika politik Pilwako 2013 bakal diriuh-redahi kemarahan sejumlah orang berpengaruh di Mongondow yang menuntut kesumat. Publik KK tidak akan menyaksikan gelagaknya di permukaan, karena ‘’balas dendam’’ itu berlangsung diam-diam namun massif dan terstruktur.

Mencari gara-gara dengan kelompok cerdas, punya kekuatan, dana, dan jaringan yang dibangun bertahun-tahun, secara politik sama dengan memperdalam lobang kubur sendiri.

Melihat perkembangan terkini, untuk sementara saya harus mengakui yang paling diuntungkan adalah pasangan TB-JD. Keuntungan itu bakal berlipat jika di akhir masa pendaftaran bakal calon Walikota-Wawali yang menjadi kandidat utama (karena para pesaing pas-pasan belaka) hanya DjM-RS dan TB-JD. Dua pasang ini sama-sama pilihan yang buruk, tetapi salah satu tetap harus jadi pemenang, dan yang paling sedikit menciptakan musuh adalah TB-JD.

Sembari membantu Hairil Paputungan menyembuhkan ‘’neraka perasaan’’ yang menimpanya, saya bersuka-cita melihat sejumlah orang mulai mengasah kuku dan taring, bersiap menerkam dan mencabik-cabik DjM. Politik yang buas biasanya memakan pemainnya sendiri.***

Monday, February 25, 2013

Duga-Duga Politik, Politik Duga-Duga


KESIBUKAN rutin, Senin pagi (25 Februari 2013), dimeriahkan aneka pesan dan gambar yang masuk ke telepon genggam saya. Keriuhan itu berlanjut hingga malam. Pemicunya tak lain tulisan PAN KK dan Politik yang Tak Mendidik yang diunggah di blog ini pada Minggu, 24 Februari 2013.

Pesan-pesan dan gambar itu dapat dibagi dalam dua kategori. Pertama, menyampaikan keterkejutan karena beberapa waktu terakhir saya mengkritik calon Walikota Kota Kotamobagu (KK), khususnya Tatong Bara (TB) yang menjadi kandidat Partai Amanat Nasional (PAN). ‘’Kami justru menduga Abang berada di balik keputusan PAN mencalonkan TB dan JD,’’ tulis salah seorang pengirim pesan. O, rupanya ada duga-duga yang salah tempat.

Kedua, baik terkait kepastian PAN memasangkan TB-JD sebagai bakal calon Walikota-Wawali KK 2013-2018; maupun kompetisi yang belum berakhir di antara bakal calon Wawali lewat PDI Perjuangan (yang ‘’katanya’’ hampir pasti berkoalisi dengan PG), saya diduga bermain di belakang untuk menjegal nama-nama tertentu. Isu ini kian liar karena dibumbui screen capture BlackBerry Profile dari seseorang di KK yang menuliskan: ‘’Brani tak punya apa-apa tapi rakyat cinta, Katamsi tidak buat apa-apa banyak mulut.’’

Waduh, duga-duga apalagi itu?Memangnya siapa saya di jagad politik Mongondow hingga begitu berpengaruhnya? Saya bukan elit politik, bukan pula aktivis,  atau tokoh masyarakat terkemuka yang pantas jadi rujukan. Saya hanya seseorang yang menuliskan pendapat, yang beberapa di antaranya terbukti benar, sebagian mungkin keliru, dan banyak lagi yang sekadar repetan dan omelan.

Kalau kemudian ada partai politik (Parpol), politikus, atau tokoh publik yang tindakannya ‘’kebetulan’’ sejalan dengan apa yang saya tulis, percayalah (seperti yang umum dicantumkan di sinetron-sinetron): Kejadian, tempat, dan nama-nama yang terlibat hanya kesamaan belaka.

Varian dari duga-duga yang berdatangan membombardir adalah, saya mengkritik PAN karena sudah bergesekan dengan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Sulut yang juga bakal calon Walikota KK; serta koleganya, anggota DPR RI asal Sulut, Yasti Mokoagow. ‘’Katanya’’ apa yang saya tuliskan tak lebih dari ekspresi kekesalan terhadap dua tokoh ini. Tokoh lain yang diduga tak saya sukai adalah Benny Ramdhani, anggota DPR Sulut yang juga ambil bagian di perhelatan Pilwako KK dengan mengajukan diri sebagai bakal calon Wawali.

Apa boleh buat, saya harus mengklarifikasi dugaan-dugaan itu. Tidak lewat pesan pendek (SMS) atau BlackBerry Messenger (BBM) ke orang per orang yang sudah berbesar hati dan rela menyampaikan info, pendapat, komentar, dan kritiknya. Alangkah capeknya harus membalas setiap pesan yang masuk, apatah lagi isunya hampir seragam.

Lewat tulisan ini saya menegaskan: Hubungan saya dengan TB, Yasti Mokoagow, atau Benny Ramdhani baik-baik saja. Memang beberapa waktu terakhir tak ada kontak langsung (sekadar SMS, BBM atau telepon) dengan mereka. Namun, sepengetahuan saya tidak ada pergesekan apapun dengan ketiganya. Lain soal kalau mereka ‘’merasa’’ punya persoalan dengan saya.

Kritik saya terhadap praktek politik PAN di Pilwako KK, pencalonan TB dan bakal calon Wawali, JD, yang jadi kandidat pasangannya (lalu dengan sesukanya dikait-kaitkan pula dengan Yasti Mokoagow), adalah sikap fair dan kontrol yang seharusnya lazim dilakukan warga negara terhadap institusi politik dan aktor-aktornya. Sesuatu yang mesti diikhtiarkan, lepas dari apakah secara pribadi kita –orang per orang— punya hubungan dengan institusi politik dimaksud; atau dekat dengan elit-elit yang menggendalikan institusi itu.

Sama halnya dengan ketika saya menuliskan: ‘’Saya tidak memperhitungkan Benny Ramdhani (yang tak kurang gigih menjajakan diri dan sudah mendaftar ke PDI Perjuangan), karena akan ada penolakan keras dari elit-elit PAN Sulut dan Pusat’’ (Dilema DjM dan TB: Siapa Wawali KK 2013-2018?, Minggu, 10 Februari 2013). Apakah ada kebencian atau ketidak-sukaan yang saya nyatakan? Saya menuliskan apa yang diyakini akan terjadi, berdasar sejumlah informasi yang terverifikasi.

Sebagai politikus yang sudah malang-melintang cukup lama, semestinya Benny Ramdhani dan para pendukungnya berterima kasih; karena telah jauh-jauh hari diingatkan di mana titik lemah posisinya. Kedewasaan dan kemantangan berpolitik seseorang diuji bukan saat sedang masyuk dengan kekuasaan, melainkan ketika dia sedang berjuang merebut kekuasaan.

Lagipula, apa untungnya saya menjegal Benny Ramdhani? Tidak melakukan apa-apa pun, beberapa informasi (yang kesahihannya saya ragukan) mengatakan diam-diam di belakang saya sejumlah pendukungnya telah terlibat melakukan serangan pribadi, terutama di media-media sosial. Benar atau tidak informasi itu, bagi saya hanya gangguan kecil yang tak penting, tetapi berpotensi meretakkan orang-orang yang menyokong Benny Ramdhani dan yang terang-terangan atau diam-diam bersepakat dengan pendapat atau sikap saya.

Tentu Benny Ramdhani yang saya kenal tidak akan bertindak gegabah. Demikian pula saya.

****

Sejak mula politik Pilwako KK 2013 memang diwarnai terlalu banyak duga-duga irasional. Publik dipaksa menduga-duga bahwa hanya DjM dan TB-lah kandidat terkuat di Pilwako KK. Bahwa hanya PG dan PAN-lah Parpol yang akan men-drive pesta politik lima tahunan memilih Walikota-Wawali ini.

Duga-duga itu diperkuat sejumlah klaim bahwa bakal calon Walikota-Wawali akan ditentukan melalui mekanisme ketat yang ditetapkan Parpol pengusung; termasuk lewat survei sebagai indikator yang paling masuk akal mengukur keterkenalan, keterterimaan, dan keterpilihan para calon. Faktanya, warga KK hanya menduga-duga ‘’mahluk mekanisme partai’’ yang dimaksud; demikian pula dengan kapan, di mana, oleh siapa, siapa saja calon yang disurvei, dan berapa sample yang diambil, hingga PG atau PAN memutuskan DJM dan TB sebagai bakal calon Walikota yang diusung. Duga-duga yang sama mengiringi manuver ikut-sertanya DjM dan TB di fit and proper test (FPT) dan psikotes PDI Perjuangan.

Puncak duga-duga itu adalah ketika PAN menetapkan pasangan TB-JD sebagai bakal calon Walikota-Wawali 2013-2018. Sebagai ikutannya, publik pun menduga PG pasti berkoalisi dengan PDI Perjuangan dan akan mengusung salah satu kemungkinan: DjM-Rustam Simbala, DjM-Benny Ramdhani, atau DjM-Hairil Paputungan.

Sebagai dugaan, tiga alternatif itu absah saja. Tapi dengan dasar apa? Hasil FPT dan psikotes semata (cerdas dan matang secara emosional tidak cukup sebagai modal bila keterkenalan, keterterimaan, dan keterpilihannya rendah di mata konstituen)?

Dinamika politik KK kian kompleks karena konstituen juga terus menduga-duga apa yang dilakukan Parpol lain, baik yang punya kursi minoritas di DPR KK maupun yang non seat. Ada dugaan sudah terbentuk koalisi yang bakal mengusung Mohamad Salim Lanjar (MSL) atau koalisi non seat yang ‘’konon’’ akan mengajukan calon aternatif AR Mokoginta-Robby Siagian.

Hingga batas pendaftaran bakal calon Walikota-Wawali 2013-2018, saya yakin politik duga-duga masih terus dipratekkan oleh Parpol dan elit-elitnya di KK. Lalu, tinggallah para konstituen sibuk menduga-duga dan menebak, bahkan mungkin menjadikan kelindang politik itu sumur inspirasi tebakan jitu nomor toto gelap (Togel).***