Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Sunday, September 25, 2016

Politik Dhuafa Imajinasi dan Kreativitas

JIKA hanya mengikuti pemberitaan permukaan dan lalu lintas kabar di media sosial, saya pasti mempersepsi betapa hebat pasangan bakal Cabup-Cawabup Pilkada Bolmong 2017, Salihi B. Mokodongan-Jefry Tumelap. Seolah-olah bersamaan dengan dikantonginya dukungan dari tiga parpol, PD, PG, dan Gerindra  serta didaftarkannya mereka sebagai calon kontestan, masyarakat Bolmong tinggal menunggu pelantikan Bupati-Wabup 2017-2022.

Skenario penciptaan persepsi seperti itu gamblang terbaca dari satu-dua media online yang tanpa malu-malu segera menempatkan diri jadi penyokong SBM-TJ. Juga, sejumlah orang (termasuk beberapa pewarta) yang aktif menyebarkan gambar-gambar massa yang diklaim sebagai ''ribuan'' pendukung pasangan ini.

Ibarat menonton film, dengan menyimak adegan pembukaan ''drama'' SBM-JT sejak penjemputan kepulangan mereka usai mengantongi SK dukungan hingga pendaftaran ke KPU Bolmong, kita sudah tahu siapa-siapa penulis skenario dan sutradaranya. Terlebih media-media yang sama juga memampang judul-judul bombastis semacam Eyang, MMS, Djelantik dan ADM Masuk Tim Pemenangan (totabuanews.com, Kamis, 22 September 2016, https://totabuanews.com/2016/09/sbm-jitu-power-people-eyang-mms-djelantik-dan-adm-masuk-tim-pemenangan).

Para politikus dan praktisi--terutama yang berulang-ulang terjun dalam kompetisi politik di BMR--serta pendukung, simpatisan, dan (yang tak boleh diluput) penasihat mereka, memang dhuafa imajinasi dan kreativitas. Alhasil, pencitraan yang kini langsung disematkan terhadap SBM-JT tak lebih dari ''calana tua'' yang hanya dimofikasi seadanya dan dipas-paskan terus-menerus. Demikian di Pilwako KK, Pilkada Boltim, dan kini Pilkada Bolmong.

Tempat berbeda, calon yang sama sekali berbeda, tetapi dengan metode, pendekatan, cara, orang-orang, dan bahkan jargon yang setali tiga uang. Juga, (potensi) ''kecurangan'' yang mirip-mirip.

Tentang ''main curang'', kaum politikus dan politik di mana pun biasa memang pragmatis, permisif, dan akomodatif. Apalagi yang batasannya berada di wilayah abu-abu dan mudah dibalik sebagai upaya kampanye hitam pesaing. Misalnya, tiba-tiba pada Jumat pagi, 23 September 2016, beredar kabar bahwa semalaman hingga menjelang subuh ada pihak yang bolak-balik ke kantor KPU Bolmong, mencocokkan daftar kelengkapan dokumen pasangan SBM-JT dengan para komisioner. Kabar ini diiringi penegasan, sejumlah jurnalis sedang menginvestigasi dengan mengumpulkan bukti-bukti, termasuk foto dan kronologinya.

Masalahnya, kalau pun kejadian itu benar, apakah kategorinya main curang atau cuma bentuk kedunguan sejumlah orang yang tidak paham etika, termasuk oknum-oknum (komisioner) KPU Bolmong yang gagal menjalankan tugasnya mensosialisasi tahapan Pilkada serta syarat-syarat dan prasyaratnya? Buat saya pribadi, karena Pilkada adalah kontestasi politik, ada Panwaslu, dan KPU punya DKPP, jika ''hubungan gelap-gelapan'' itu benar dan merupakan pelanggaran, siapa pun warga negara yang mengetahui wajib hukumnya melaporkan ke pihak berwenang.

Sebaliknya, kalau kabar itu sekadar rumor yang dibuat-dibuat demi merusak fairness Pilkada dan reputasi orang-orang yang dilibatkan, penyebarnya mesti diberi pelajaran setimpal.

Kembali ke metode, pendekatan, cara, orang-orang, dan jargon usang yang terus berulang di setiap kontestasi (besar) politik di BMR. Pengerahan ''ribuan orang'' untuk show of force mendukung SBM-JT yang disertai publikasi sebagai ''kekuatan rakyat'', bagi politikus ingusan adalah langkah jenius. Tapi dengan mencermati proses didukungnya SBM-JT (juga YSM-YT) serta tahapan panjang Pilkada yang baru berpuncak 2017, unjuk kekuatan dan klaim itu tak beda dengan buang-buang energi.

Pembaca, dua pasang bakal calon yang kita terdaftar dan dalam proses verifikasi di KPU Bolmong, YSM-YT dan SBM-JT, sama-sama hasil keputusan politik para elit parpol. Dua-duanya diusung oleh parpol, bukan kandidat independen di mana orang per orang rakyat Bolmong (yang memiliki hak pilih) menyetor KTP sebagai bentuk dukungan riil. Kalau kekuatan rakyat hanya diukur dari banyaknya orang yang berkerumun dan mengekor di belakang iring-iringan kandidat, lalu apa bedanya dengan pawai HUT Kemerdekaan atau parade bunga?

Politik adalah pendidikan agar warga negara memahami negara, kebangsaan, serta perangkat, pranata, tata cara, termasuk tata laksananya. Klaim-klaim yang semata bertujuan dan ditujukan untuk pencitraan yang galib dipraktekkan di kontestasi politik di BMR, menurut saya sangat tidak mendidik kesadaran, kecerdasan, dan keawasan orang banyak; cenderung berbiaya tinggi; pendewaan terhadap segilintir politikus; dan akhirnya sarat tendensi ''belantik sapi''.

Politikus, praktisi, dan para penasihat politik di BMR umumnya yang malas belajar--membuat otak mereka juga kian tumpul--alpa bahwa dinamika di negeri ini (apalagi global) sudah bersigegas meninggalkan pencitraan dan politik berbiaya mahal. Kini politikus yang menjadi kandidat kontestasi apapun diukur dari rekam jejak dan reputasinya. Maka, hanya mereka yang benar-benar cerdas, berpihak pada orang banyak, dan konsisten yang mendapat nama dan tempat. Mereka (Walikota, Bupati, dan Gubernur) adalah orang-orang dengan kualitas seperti Walikota Risma (Surabaya), Ridwan Kamil (Bandung), Dedi Mulyadi (Purwakarta), atau Ahok (DKI Jakarta).

Belajar dari praktek terbaik menemukan pemimpin daerah seperti Risma dkk itu, saya kira belum terlambat bagi mereka yang waras dan peduli untuk mengingatkan (lagi), yang akan dipilih (jika lolos dari seluruh rangkaian proses) sebagai Bupati-Wabup Bolmong 2017-2022 adalah YSM-YT dan SBM-JT. Kandidatnya adalah dua pasang politikus ini. Bukan Eyang, DjM, Jainuddin Damopolii, MMS, ADM, atau siapapun yang merasa syur mengaku atau diakui sebagai tokoh politik dan publik di Bolmong.

Yang perlu didengar adalah visi, misi, kebijakan, strategi, dan rencana aksi dari pasangan YSM-YT dan SBM- JT. Yang harus disimak adalah bagaimana dua pasang ini menjabarkan dan mengartikulasikan komitmen dan rencana mereka terhadap Bolmong lima tahun mendatang. Yang mutlak dicermati adalah rekam jejak dan reputasinya sebagai politikus dan pemimpin orang banyak.

Rakyat Bolmong patut punya pemimpin yang sebenar-benar pemimpin, bukan boneka sekelompok orang, apalagi sekadar pasangan yang dihasilkan dari ''belantik sapi'' untuk kepentingan segelintir politikus yang tujuannya akhirnya adalah perebutan kekuasaan untuk dibagi (atau dipertengkarkan) di antara sesama mereka. Jadi, jika orang-orang hebat di belakang YSM-YT atau SBM-JT naik panggung dan berkoar, mari kita nikmati sebagai hiburan belaka. Toh biasanya pidato dan ulah mereka juga cuma beda tipis dengan stand up comedy. Berkata ke Barat sembari (selalu terbukti) justru menghambur ke Timur.

Kenyang dengan lawakan, konstituen di Bolmong  tak perlu sungkan pula berpartisipasi dalam lelehan air mata jika ada kandidat dan penyokongnya yang menjual keharuan melalui ''strategi berurai tangis''. Menangis, kata aktor Bruce Willis pada lawan mainnya, Damon Wayans, di The Last Boy Scout (1991), baik untuk membersihkan jiwa. Asal, tancapkan di benak, sungguh tipis belaka perbedaan dandi dan kandi dalam bahasa Mongondow. Apalagi orang yang pelo karena sedu sedan biasanya gampang mengacaukan dan membolak-balik penempatan ''d'' dan ''k''.

Sebab, yang terpenting adalah sajian utamanya: Apa dan bagaimana YSM-YT dan SBM-JT mempidatokan, mensosialisasi, dan mentransparansi komitmen serta rencana mereka terhadap Bolmong di bawah kepemimpinannya. Hanya kapten dan mualim kompeten yang mampu membawa kapal besar kabupaten ini melewati tak terduganya ombak dan angin di samudera peradaban.***

Singkatan dan Istilah yang Digunakan:

ADM: Aditya Didi Moha; BMR: Bolaang Mongondow Raya; Bolmong: Bolaang Mongondow; Boltim: Bolaang Mongondow Timur; Cabup: Calon Bupati; Cawabup: Calon Wakil Bupati; Dandi: Janji; DjM: Djelantik Mokodompit; Dkk: Dan kawan-kawan; DKPP: Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu; Gerindra: Gerakan Indonesia Raya; Kandi: Dusta; KK: Kota Kotamobagu; KPU: Komisi Pemilihan Umum; KTP: Kartu Tanda Penduduk; MMS: Marlina Moha-Siahaan; Parpol: Partai Politik; PD: Partai Demokrat; PG: Partai Golkar; Pilkada: Pemilihan Kepala Daerah; Pilwako: Pemilihan Walikota (dan Wakil Walikota); SBM-JT: Salihi B. Mokodongan-Jefry Tumelap; SK: Surat Keputusan; YSM-YT: Yasti Soepredjo Mokoagow-Yani Tuuk; dan Wabup: Wakil Bupati.