Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Friday, September 23, 2016

Filosofi Kucing dan Kucing Garong

DI LAPANGAN Molinow, Selasa, 17 Mei 2016, Sehan Landjar naik podium menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai Ketua DPW PAN Sulut 2016-2021. Sebagaimana biasa, Eyang--demikian dia akrab disapa--adalah orator piawai dan memukau. Dia meneguhkan sikap, visi, dan misi kepemimpinannya, yang sekejap membuat semua orang tak ragu menjadikan ''Rumah PAN'' sebagai pilihan politik.

Dari kejauhan, satu hari berselang, saya menyimak dengan haru isi pidato Eyang. Saya tak ragu pula meng-amin-kan filosofi kucing yang, menurut dia, menjadi nafas dan urat nadi kepemimpinan sebagai Ketua DPW. Menurut Eyang, sebagaimana yang dinukil totabuan.co (Selasa, 17 Mei 2016), Sehan Landjar Layangkan Kata ‘Sindiran’ Saat Sambutan (http://totabuan.co/2016/05/sehan-landjar-layangkan-kata-sindiran-saat-sambutan): ''Lihatlah seperti kucing. Meski tuan rumah berganti-ganti, akan tetapi dia tetap setia berada di rumah. Jangan seperti Anjing. Hanya selalu suka kepada tuannya saja dan rela meninggalkan rumah.''

Eyang tentu hendak membicarakan kucing rumahan yang dipelihara dengan telaten. Disediakan keranjang tidur beralas blanket empuk, makanan kualitas terbaik, mainan bola-bola benang (yang sangat digilai semua jenis pus), tempat pup dari pasir terpilih, dan jika perlu disalonkan supaya bulunya lembut mengkilap. Anjing yang dia bahas juga bukan yang sekadar dipelihara sebagai tukang gonggong, tetapi yang dirawat dan disediakan segala kebutuhannya, termasuk rutin diajak berjalan-jalan setiap pagi dan sore. Yang tak alpa menemani tuannya mulai dari nonton tivi, bertandas, hingga ngorok dalam lelap.

Dia pasti tak memaksudkan filosofi kucing itu untuk jenis kucing garong (terlebih yang garang pula). Kucing yang dipungut begitu saja dari jalanan ketika mengais-ngais tong sampah. Yang mesti tunduk bersyukur sebab diberi kehangatan sebuah rumah. Yang tidur di sofa sebelum ditendang turun. Yang makan tulang dan sisa kudapan tuannya. Yang berak sembari menggali tirisan air. Yang hanya punya mainan tikus mati sebelum dijadikan santapan.

Para penggemar kucing tahu persis, kucing garong tetaplah kucing garong. Dirawat dan diperlakukan seperti apapun tidaklah memapas punah insting alamiahnya. Sudah punya rumah, tapi tetap kerap doyan mengorek-ngorek tong sampah atau diam-diam menyusup ke dapur tetangga, menciptakan pertengkaran, sebab ikan asin garo rica yang tersaji hanya meninggalkan rica-nya saja.

Anjing yang ditunjuk bukan pula jenis kurapan yang pasrah ditendang dan diperanjing-anjing. Yang menggonggongi apa saja, termasuk semua bayangan dan sinar bulan. Yang memprovokasi tetangga menyiapkan racun supaya kehidupannya tenteram kembali bersama tewasnya ''si sialan perusak ketenangan''.

Pokoknya, pidato Eyang di pelantikannya sebagai Ketua DPW PAN Sulut berkualitas ''top''. Juga, menurut saya, bukan sindiran sebagaimana judul yang disematkan totabuan.co. Ini media doyannya kok memprovokasi. Saya yakin, apa yang dimaksudkan Eyang dengan filolofi kucing-nya, tak lain adalah isyarat rekonsiliasi dan undangan perguyuban dari samua kader PAN di Sulut, agar berhimpun di rumah yang sama, berbagi keranjang dan blanket, makanan, mainan, tempat pup, dan salon yang sama.

Kucing rumah tidak bakal cakar-cakaran di antara sesamanya. Bahkan mereka akan kompak jika ada kucing garong yang tiba-tiba mengintervensi rumah bersamanya. Dan Eyang terlalu jernih dan jelas untuk disalahartikan. DPW PAN Sulut yang dia pimpin adalah rumah buat kucing yang menjadi teman, bukan tempat kucing garong: para pengorek tong sampah serta pencuri ikan di meja sendiri dan di bawah tudung saji tetangga.

Sejujurnya, saya meluputkan ingatan terhadap pidato filosofi kucing itu di tengah meningginya suhu politik Pilkada Bolmong 2017, yang ditandai pendaftaran bakal Cabup-Cawabup, Rabu, 21 September 2016. Untung seorang kawan mengirimkan kembali tautan isi pidato itu, yang sekaligus menyelamatkan saya dari silap.

Kealpaan saya itu tak beda dengan kekeliruan ketika mencela Marsaole Mamonto pada Sabtu, 4 April 2015, lewat unggahan Eyang: Dari ''Darling'' ke ''Ayu Ting Ting''.  Saudara Marsaole, lewat tulisan ini izinkan saya meminta maaf. Bahwa ternyata Anda benar ketika dikutip oleh Harian Sindo Manado, Selasa, 31 Maret 2015 (Eyang Kans Gantikan Tatong), sebab sejarah politik kontemporer Sulut kemudian membuktikan Eyang sukses ditunjuk menjadi Ketua DPW PAN. Supaya tak kehilangan muka, perbolehkanlah pula saya berkilah, bahwa PAN memang partai yang melahirkan banyak keajaiban dalam keputusan politiknya. Termasuk yang paling tidak dijangkau logika dan nalar politik normal.

Demi menjaga Eyang tak terperosok pada alpa dan silap, melihat manuver politiknya yang bersikukuh mendukung SBM-JT, alih-alih YSM-YT yang resmi dicalonkan (antaranya) oleh PAN di Pilkada Bolmong 2017, saya terpaksa mesti mengingatkan dia terhadap tekad mempraktekkan filosofi kucing di Rumah PAN Sulut yang dipimpinnya. Kemanakah ingatan itu, Eyang, ketika Rumah Besar DPP PAN sudah memutuskan YSM-YT sebagai menu utama dan Anda justru melompat ke dapur tetangga?

Apakah unggahan totabuannews.com, Kamis, 22 September 2016, SBM-JiTu, The Power Of People ! Eyang, MMS, Djelantik dan ADM Masuk Tim Pemenangan (https://totabuanews.com/2016/09/sbm-jitu-power-people-eyang-mms-djelantik-dan-adm-masuk-tim-pemenangan) sekadar bual-bual wartawan? Atau Sehan: Saya Tidak Wajib Dukung Yasti yang dirilis kabarbmr.com, Rabu, 21 September 2016 (http://www.kabarbmr.com/2016/09/21/sehan-saya-tidak-wajib-dukung-yasti/) cuma kabar burung yang dikemas seolah-olah fakta?

Bolehkah saya mengingatkan, bukankah kucing yang benar-benar mencintai rumahnya tidak akan melepeh makanan jenis apa yang disajikan tuannya? Kalau pun santapan itu bikin buluh rontok, perut kembung, atau demam kucing,  percaya saja: di rumah yang benar-benar mencintai kucing tersedia aneka jenis obat untuk penyakit kucing. Bahkan kucing cacingan dan sekarat pun bakal selamat, dengan mudah dan sekejap sehat wal afiat, karena dapat dipastikan dirawat hingga bugar.

Sebab, masak iya filosofi kucing yang Eyang maksudkan termasuk kucing  garong, yang cuma dipungut di selokan dan akhirnya bikin malu,  karena sekali pun telah kenyang di rumah sendiri, masih pula mengutil dapur dan meja tetangga? Apa tidak memalukan jika nasib kucing paling besar dari Rumah PAN DPW Sulut berakhir hanya sebagai sasaran gebuk tangkai sapu tuan rumah sendiri dan para tetangga?

Dan yang terpenting, jangan lupa, nasib kucing garong biasanya selalu kembali ke selokan atau tong sampah, dengan bulu-bulu kusut dan kumis lunglai.***

Singkatan dan Istilah yang Digunakan:

Bolmong: Bolaang Mongondow; Cabup: Calon Bupati; Cawabup: Calon Wakil Bupati; DPP: Dewan Pengurus Pusat; DPW: Dewan Pimpinan Wilayah; PAN: Partai Amanat Nasional; Pilkada: Pemilihan Kepala Daerah; SBM-JT: Salihi B. Mokodongan-Jefry Tumelap; Sulut: Sulawesi Utara; dan YSM-JT: Yasti Soperedjo Mokoagow-Yani Tuuk.