Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Monday, September 26, 2016

Kembali SBM ke Beringin: ''Checkmate'' untuk ''Soa-soa''

KONTESTASI Pilkada Bolmong 2017 baru tahap pemanasan, tapi kejutan sudah meletus. Musababnya adalah manuver tak terduga bakal Cabub, Salihi B. Mokodongan, yang diusung PD, PG, dan Gerindra, serta didukung sebagian elit dan kader PAN Sulut dengan kilah dia adalah kader partai ini.

Tanpa petanda sebelumnya, tiba-tiba SBM memaklumatkan dia kembali ke PG. Deklarasi pulang ke bawah naungan beringin (partai asalnya sebelum dicalonkan PAN di Pilkada Bolmong 2011) ini, bahkan dilakukan secara terbuka di pelantikan Pengurus DPD I Sulut dan DPD II PG Kabupaten Minsel serta 12 DPD lainnya di Amurang, Minsel, Minggu, 25 September 2016. Tak main-main, jaket kuning sebagai simbol pengakuan SBM kembali jadi kader disematkan langsung oleh Ketua DPP PG, Setya Novanto.

Ketika mendapat kabar ''mufaraqah''-nya SBM dari PAN, partai yang dia pimpin lima tahun terakhir sejak terpilih sebagai Bupati Bolmong 2011-2016, saya hanya mengeleng-ngeleng tak percaya. Sungguh, mulanya saya menduga kabar ini semacam hoax kampanye negatif terhadap SBM dan pasangannya, Jefry Tumelap. Atau strategi playing victim (fabrikasi jadi korban untuk memanipulasi orang lain demi mencari perhatian) mengingat beberapa politikus elit dan tokoh pendukung pasangan ini adalah masternya. Sebab, di hadapan kompetisi politik penting seperti Pilkada, bukankah lebih banyak manfaat ketimbang mudaratnya dia tetap jadi kader PAN?

Hitung-hitungan politik rasional pasti menyepakati, dengan diusungnya SBM-JT oleh tiga partai, maka ''pasar politik'' mereka sudah pasti adalah konstituen parpol pendukungnya. Modal pasangan ini kian gembung karena SBM adalah kader PAN dan sekali pun partai ini resminya mencalonkan YSM-YT, tetapi Ketua DPW Sulut, Sehan Landjar, membelot dan bersikukuh tetap mendukung SBM-JT. Artinya, PAN juga bakal menyumbangkan potensi suara signifikan terhadap mereka. Apalagi, pembangkangan Eyang dan sejumlah elit PAN di Sulut disertai keyakinan tidak akan ada sanksi dari DPP, sebab YSM dan SBM sama-sama kader terbaik mereka.

''Main dua kaki'' dengan dalih kandidat yang bertarung sama-sama kader, walau menyebabkan partai ini terpecah-belah, terbukti berhasil mendudukkan ''kader PAN'', Sehan Landjar, di kursi Bupati Boltim 2016-2021. Tak jadi soal apakah dia kader jenis plastik, 18 karat, 21 karat, atau 24 karat. Bukan pula masalah jika pertengkaran sisa Pilkada Boltim masih beranak-pinak di internal PAN Sulut. Politik tanpa gesekan dan otot-ototan hambar dan membosankan.

Hingga usai pendaftaran pasangan SBM-JT ke KPU Bolmong, saya kira orang banyak (termasuk saya sendiri) yang setia mengikuti dinamika politik BMR, sependapat di atas kertas modal politik pasangan ini cukup melimpah. Terlebih tokoh sekaliber Eyang dan Ketua DPD PAN KK, Jainuddin Damopolii, tegas bersikap pantang mundur mengantar SBM-JT ke kursi Bupati-Wabup Bolmong.

Memang ada segelintir orang yang menyuarakan analisis berbeda, bahwa keterlibatan elit PAN Sulut seperti Eyang, JD, dan bahkan Wasekjen DPP, Dedi Dolot, justru strategi mengamankan keputusan partai. Alasan yang dikemukakan sejalan dengan klaim yang kerap disuarakan Dolot, bahwa dia adalah ''orang dekat dan kepercayaan'' Ketua DPP, Zulkifli Hasan, yang mengemban tugas  ''mengamankan'' kepentingan partai di Sulut. Benar-tidaknya klaim ini, cuma PAN yang tahu persis. Yang jelas, di beberapa peristiwa politik (termasuk Pilkada Bloltim yang mempertemukan kepentingannya dan kebutuhan Eyang), setidaknya yang terpapar di media massa, tampaknya Dolot mengambil peran signifikan. Ya, sekali pun politik yang dia praktekkan terlalu tampak amatir, mentang-mentang, dan sok jago.

Tapi jika benar dukungan Eyang, JD, dan para elit, kader, dan simpatisan PAN di Sulut yang berbaris di belakang mereka adalah demi mengamankan keputusan DPP, maka itu sejahat-jahatnya politik. Keputusan DPP adalah pasangan YSM-YT. Dan jika mereka wajib diamankan, maka pasangan SBM-JT harus kalah. Dengan kata lain, keterlibatan ''orang PAN'' dengan pasangan yang didukung PD-PG-Gerindra adalah justru untuk melemahkan koalisi ini.

Saya sesungguhnya tak hirau dengan analisis berbau konspirasi jahat itu. Saya tidak tahu bagaimana para politikus usia muda di PAN, terlebih yang mendadak kejatuhan anugerah kekuasaan. Tapi masak sih orang tua dan tokoh sekelas Eyang dan JD mau berpolitik serendah dasar selokan?

Namun, kembalinya SBM ke PG tak urung langsung memicu saya mengingat analisis berbau konspirasi jahat itu, dengan aneka syak: Jangan-jangan memang ada konspirasi dan SBM sudah menciumnya? Jangan-jangan karena tahu ada konspirasi, SBM lalu memutuskan mengambil langkah kuda dan rokade? Dan banyak jangan-jangan yang lain, termasuk jangan-jangan kali ini Eyang benar-benar checkmate oleh salah ucap dan langkah sendiri? Mau bilang apa? Manuver terkini SBM telak menohok ''filosofi kucing'' yang dia gembar-gembor di pelantikan sebagai Ketua DPW PAN Sulut; juga meniadakan satu-satunya benang merah alasan mengapa kader PAN tak haram mendukung SBM-JT.

Barangkali Eyang perlu merevisi kembali filosofi kepemimpinannya itu. Kalau ternyata payah menegakkan filosofi kucing, tidak ada salahnya ganti dengan, misalnya, ''filosofi katang'' (yang nongol dari lobang saat perlu), ''filosofi musang'' (yang penting ayam dan telur berhasil digondol), atau ''filosofi soa-soa'' (biar pongo tapi gesit).

Sebab, faktanya, dari kata per kata ucapannya sendiri, sebagaimana rekaman video yang kemudian saya tonton, SBM jernih dan sepenuhnya sadar mengatakan dia kembali ke PG. Orang tua ini, seorang petahana Bupati, telah berhaji pula, tentu tidak sedang mengigau, membaca mantera, atau--meminjam perkataan warga tempat asal Ibu saya, Kopandakan--molimbu-limbung kon ubol. Dia kini hengkang dari PAN, pulang kembali ke PG. Titik!

Pernyataan melipur lara elit, tokoh, kader, dan simpatisan PAN di Sulut yang Jumat, 23 September 2016, gagah berani mengantar SBM-JT mendaftar ke KPU Bolmong, bahwa SBM menggunakan jaket PG karena menghargai partai yang mengusung dia sebagaimana dikutip totabuanews.com, Minggu, 25 September, Tak Persoalkan Sikap Salihi, Eyang Berterima kasih kepada Partai Golkar (https://totabuanews.com/2016/09/tak-persoalkan-sikap-salihi-eyang-berterima-kasih-kepada-partai-golkar), cuma menista akal sehat sendiri. Kecuali kalau Eyang dan rombongan di bawah kepemimpinannya memang bersigegas beralih ke ''filosofi soa-soa'': tekeng pongo dan dengan gesit mengkreasi alasan berkelit.

Kali ini, sebagai tokoh utama, Eyang mesti memeras akal kancil hingga tetes terakhir ide paling kreatifnya. Saat dia, JD, Dedi Dolot, sejumlah kader, serta simpatisan membelot dari putusan DPP dan tak mendukung YSM-YT, benteng pertahanannya adalah: SBM juga salah satu kader terbaik PAN. Begitu SBM melompat pulang ke PG, kilahan ini kehilangan makna dan tuah. Roboh sudah benteng tempat berlindung. Rame-rame ta colo di pece dolong. Dan  karena so ta colo, agar tak memikul aib dan cemooh, mengapa tidak sekalian mereka beramai-ramai mengikuti SBM ke pelukan beringin BMR yang kian tak rindang lagi?

Saya kira, sepragmatis-pragmatis dan oportunisnya PAN, DPP pasti mengambil sikap tegas. Di belahan bumi manapun saya belum menemukan ada parpol yang menoleransi laku bangkang para elit dan tokoh-tokohnya, yang justru bekerja demi memenangkan partai dan kader pesaing. Namun, itu pun kalau PAN masih sebenar-benar partai, bukan suaka margasatwa yang isinya melulu kucing garong, katang, musang, dan soa-soa.***

Singkatan dan Istilah yang Digunakan:

BMR: Bolaang Mongondow Raya; Bolmong: Bolaang Mongondow; Boltim: Bolaang Mongondow Timur; Cabup: Calon Bupati; DPD: Dewan Pengurus Daerah; DPP: Dewan Pengurus Pusat; DPW: Dewan Pimpinan Wilayah; Gerindra: Gerakan Indonesia Raya; JD: Jainuddin Damopolii; KK: Kota Kotamobagu; KPU: Komisi Pemilihan Umum; Minsel: Minahasa Selatan; Parpol: Partai Politik; PAN: Partai Amanat Nasional; PD: Paryai Demokrat; PG: Partai Golkar; Pilkada: Pemilihan Kepala Daerah; SBM-JT: Salihi B. Mokodongan-Jefry Tumelap; Sulut: Sulawesi Utara; Wabup: Wakil Bupati; dan YSM-YT: Yasti Soepredjo Mokoagow-Yani Tuuk.