Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Friday, January 6, 2017

Kabinet ''Nenen'' hingga ASN Siluman

BEBERAPA jam sebelum almanak berganti 2017, Sabtu, 31 Desember 2016, saya berkumpul dengan sejumlah kawan, sanak, dan kerabat di ''tempat yang biasa'' di Mogolaing. Setelah dzikir, doa, dan makan-makan, reriungan dalam rangka gelaran syukur karena kelahiran seorang keponakan, persamuan akhirnya diisi diskusi isu-isu terkini di BMR, lebih khusus KK.

Bahasan pertama adalah dikabur-kabur dan diulur-ulurnya penyidikan kasus dugaan pencabulan dengan kekerasan oleh (mantan) Kabid di Dinas PU yang juga (mantan) Ketua KNPI KK yang tetap jadi isu hot. Lalu percakapan dengan cepat melompat ke pengisian jabatan massal di Pemkot KK sebagai konsekuensi berlakunya OPD baru. ASN mana yang pindah jabatan, yang dipromosi, yang didemosi, memang selalu asyik dijadikan bahan bual-bual. Formasi kabinet Walikota Tatong Bara-Wawali Djainuddin Damopolii ini kian seru mengingat tahapan Pilwako 2018 segera dimulai akhir 2017 ini.

Di tengah percakapan yang lalu lalang dan saling bersahut, tiba-tiba salah seorang kerabat yang sehari-hari bergelut dengan isu-isu perempuan dan anak angkat suara, ''Pemda di BMR ini tidak sensitif terhadap isu-isu perlindungan perempuan dan anak. Di KK, misalnya, selain isu Kabid yang melakukan pencabulan dengan kekerasan, ada ASN yang kini dipercakapkan di mana-mana sebab terpergok cabul, ternyata tetap didudukkan di posisi elite birokrasi.'' Pernyataan ini bagai menambah bahan bakar bual-bual yang memang sudah berkobar-kobar.

Lalu dibeberlah gosip cabul yang melibatkan ASN yang baru saja didudukkan dan dilantik di jabatan strategis di Pemkot KK itu. Tersebutlah, demikian kerabat ini menukil cerita yang beredar dari mulut ke mulut dan jadi bahan tertawaan (khususnya) kalangan perempuan di kota ini, peristiwa memalukan ini terjadi tak jauh dari rentang kejadian dugaan pencabulan dengan kekerasan yang dilakukan (mantan) Kabid yang juga (mantan) Ketua KNPI. TKP-nya adalah halaman belakang rumah sang pejabat yang digosipkan sebagai pelaku. Lebih detailnya, peristiwa ala film-film kategori X ini dilakukan di samping kandang ayam.

Tapi lakon cabul apa yang terjadi di balik lindungan kandang ayam itu? Ini yang sip punya. Sembari terkikik-kikik, kerabat yang aktivis itu membeber, ASN yang baru dilantik sebagai salah satu pejabat teras di Pemkot KK terpergok (maaf sangat, Pembaca) sedang mengulum buah dada asisten rumah tangga tetangganya, yang jasanya kebetulan juga kerap diberdayakan di kediamannya.  Yang memergoki adegan ''perbuayaan'', ''nenen'' tidak pada tempat, waktu, dan obyek yang tepat itu, tak lain istri pelaku sendiri.

Entah dibocorkan oleh siapa, peristiwa yang semestinya ditutup rapat-rapat ini diam-diam menjalar jadi amunisi gosip dan rumor. Dengan cepat dipertukarkan dari mulut ke mulut dan sekejap jadi pengetahuan umum yang--paling minim--mengundang senyum lebar. Apalagi dengan kreatifnya kisah cabul ini telah melahirkan sebutan untuk pelaku sebagai ''pejabat nenen''. Tidak percaya? Kerabat yang jadi penutur menegaskan, ''Cerita cabul dan sebutan itu sudah menjadi rahasia umum tidak hanya di kalangan birokrasi di KK.''

Bukan sebab penasaran atau terpancing turut bergosip, iseng-iseng saya menanyakan isu ini pada beberapa orang yang sepengetahuan saya cukup kekinian. Konfirmasi yang saya terima justru mengejutkan. ''Ah, baru tahu so? Atau pura-pura nintau sama deng Baperjakat deng Walikota yang tetap kase jabatan pa dia?'' Lho, saya memang tidak tahu dan semestinya tidak mau tahu. Apalagi kejadiannya tidak pernah dilaporkan secara resmi ke pihak berwajib dan berwenang. Saya malah ber-syak, jangan-jangan gosip semacam itu adalah rumor yang sengaja ditiupkan untuk merusak kredibilitas seseorang.

Di zaman media sosial nyaris menjadi maharaja informasi, berita bohong dan fitnah gampang dibuat dan disebar. Karenanya, demi integritas semua pihak, terutama Walikota KK dan Baperjakat, selayaknya gosip ini perlu ditelusuri dengan saksama. Bila kejadiannya benar, tentu perlu diambil tindakan semestinya. Sebaliknya, jika sekadar gosip yang merusak nama baik seseorang, perlu pula klarifikasi memadai.

Saya sendiri, mengingat isunya masuk kategori ''ruang pribadi'', andai pun ''pernenenan'' itu benar adanya, paling-paling saat bersua dan punya kesempatan bertukar sapa, cuma ingin berbisik dan menanyakan, ''Sadap so?''

Selain ''pejabat nenen'', hal lain yang mengundang kritisi dari kabinet baru Pemkot KK adalah masuknya nama-nama yang berasal dari kabupaten lain, minimal di BMR. Fakta ini seharusnya bukan masalah, sebab substansinya (sebagaimana yang selama ini digembar-gembor oleh Walikota Tatong Bara) adalah penilaian kinerja seorang ASN. Talenta-talenta birokrasi terbaik dari kabupaten/kota lain, termasuk di lingkup Sulut, yang berkeinginan pindah ke KK dan lolos sesuai kebutuhan Pemkot, harus diakomodasi sebagai ''darah baru'' yang mendorong persaingan di kalangan aparat birokrasi kian kompetitif.

Kinerja sebagai tolok ukur utama itu membuat saya membela beberapa nama yang disebutkan. Misalnya seorang birokrat yang sebelumnya mengabdi di Boltim, yang baru pindah ke KK kemudian dilantik di jabatan Eselon IIB, dari rekam jejaknya memang tak perlu diperdebatkan.

Lain soal dengan satu-dua nama yang tampaknya didudukkan di posisi strategis semata oleh intervensi dan pertimbangan politis. Misalnya seorang ASN dari Pemkab Bolmong yang selama ini dikenal tak disiplin, trouble maker, dan doyang politik praktis, tiba-tiba diberi jabatan di Pemkot KK. Padahal, di tempat asalnya, birokrat ini jauh dari punya rekam jejak profesional dan kompeten, apatah lagi kinerja yang mengkilap. Ini keputusan jenis apa? Baperjakat mengingkari komitmen membawa birokrasi di Pemkot KK benar-benar profesional, kompeten, dan berkinerja prima? Atau sekadar bikin lelucon akhir tahun?

Sebaliknya, berolehnya ASN itu jabatan strategis sebab pertimbangan politis atas dasar hak prerogatif Walikota, memperjelas ''jurus mabuk Pilwako 2018'' yang saya perhatikan mulai menggerogoti Tatong Bara. Dari cermatan dan catatan saya, sejak menduduki jabatannya, Walikota dengan konsisten ''membuang'' orang-orang waras dan punya otak yang turut menggantar dia mendapatkan kekuasaan politik dan birokrasi. Di saat yang sama, dia dengan konsisten dan protektif, menempatkan beberapa sosok ''asal Ibu senang'' di sekitarnya. Orang-orang inilah yang menjadi penasehat informal, pembisik, dan bahkan operator, termasuk urusan persen-persen proyek di KK yang ''diklaim'' sebagai jatah Walikota.

Para siluman biasanya berkumpul dan membawa masuk siluman yang lain. ASN pindahan yang mendadak punya jabatan, sementara catatan kinerjanya tak karuan, adalah contoh keputusan siluman yang sesungguhnya mempermalukan Walikota dan Baperjakat. Pada akhirnya, ketika para elite Pemkot KK ini bicara kinerja ASN, lelang jabatan, tahulah kita itu omong kosong belaka. Pret saja!

Satu-dua cacat menonjol dari kabinet Pemkot KK yang baru dilantik menjadikan mayoritas keputusan lain yang diambil dengan pertimbangan profesionalisme, kompetensi, dan kinerja, menjadi tak berarti. Dia menjadi paradox of excellence sebagaimana yang diingatkan David Mosby dan Michael Weissman (2005). Dua kesalahan fatal yang dilakukan membuat umum tak memerdulikan 98 kebenaran yang menyertainya. Dua kekeliruan, masuknya ''pejabat nenen'' dan ''ASN siluman'' di jajaran strategis birokrasi, menghancurkan seluruh substansi promosi dan demosi kabinet baru Pemkot KK.

Bila Walikota, Baperjakat, dan jajaran elite Pemkot KK tidak menyadari fakta itu, mari kita bertepuk tangan. KK memang sudah menjadi ''kota semau-maunya'' dan hingga Juni 2018 yang dapat kita--orang banyak yang cuma bisa menonton--lakukan hanya mengiyakan dan mengusap-ngusap dada.***

Singkatan dan Istilah yang Digunakan:

ASN: Aparatur Sipil Negara; Baperjakat: Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan; BMR: Bolaang Mongondow Raya; Bolmong: Bolaang Mongondow; Boltim: Bolaang Mongondow Timur; Kabid: Kepala Bidang; KK: Kota Kotamobagu; KNPI: Komite Nasional Pemuda Indonesia; Pemda: Pemerintah Daerah; Pemkab: Pemerintah Kabupaten; Pemkot: Pemerintah Kota; Pilwako: Pemilihan Walikota (dan Wakil Walikota); PU: Pekerjaan Umum; Sulut: Sulawesi Utara; TKP: Tempat Kejadian Perkara; dan Wawali: Wakil Walikota.