Palas

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Balai Pustaka, 2005, mencantumkan: kro.nik n catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya; susunan waktu; yang berhubungan dengan waktu. Sedang Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), Balai Pustaka, 2006, menjelaskan: kronik E cerita yang meriwayatkan suatu peristiwa tersusun menurut waktu terjadinya.

Foto-Foto: Internet

Thursday, January 31, 2013

Ahmad Ishak dan Komedi ‘’Head of KK’’


FILM Head of State, yang mulai ditonton para penggemar komedi pada 28 Maret 2003, bagai nujum bahwa satu saat negara adidaya, Amerika Serikat Serikat (AS), bakal dipimpinPresiden berkulit hitam (Afro-America). Lima tahun kemudian, tepatnya 4 November 2008, Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS ke 44 dengan kemenangan mutlak 365 electoral vote dibanding lawannya, John McCain, yang hanya mengantongi 173.

Disutradarai dan dibintang-utamai oleh komedian Chris Rock (sekaligus juga menulis skenarionya bersama Ali LeRoi), Head of State yang meraup keuntungan hampir 39 juta dolar AS, berkisah tentang Mays Gilliam, seorang anggota Dewan Kota dari Washington DC. Ditampilkan sebagai seorang pelayan masyarakat yang baik, Mays justru tak henti didera sial: Dipecat dari jabatan hingga dicampakkan kekasih seksinya, Kim, yang dimainkan dengan pas oleh mantan istri petinju Mike Tyson, Robin Givens.

Tiba-tiba jalan nasib Mays berubah ketika calon Presiden dan Wakil Presiden (Wapres) yang sedang melakukan kampanye, tewas karena kecelakaan. Partai yang sudah kehilangan peluang, memutuskan memilih kandidat pengganti dari kalangan minoritas, sekadar sebagai ‘’tabungan politik’’ untuk pemilihan berikutnya. Karena ini film komedi, tidak usah menduga. Yang dicomot adalah Mays Gilliams yang sedang gundah gulana.

Petinggi partai menetapkan pilihan terhadap Mays karena dia dianggap mampu merepresentasi masyarakat minoritas, Afro-America, Hispanik, dan para imigran belakangan umumnya. Lagipula, buat apa mengorbankan elit partai lain hanya karena terpaksa harus tetap punya kandidat Presiden dan Wapres di injury time?

Siapa menduga, olok-olok politik itu ternyata meraih simpati publik pemilih. Kendati Wapres yang didaulat Mays adalah sepupunya, seorang ‘’preman penjamin tahanan’’ yang berkelakuan seenaknya (diperankan komedian Bernie Mac), mereka berdua tetap melenggang ke kursi Presiden dan Wapres AS.

***

Beberapa pekan lalu saya bersigegas membongkar koleksi film, mencari Head of State, ketika mendengar Ahmad Ishak atawa Matt Jabrik (yang lebih saya kenal sebagai wartawan dan tukang main gitar) bakal mencalonkan diri sebagai calon Walikota Kota Kotamobagu (KK) 2013-2018. Saya menonton Chris Rock sembari membayangkan Matt Jabrik dan sepanjang 95 menit larut dalam tawa.

Inagurasi Presiden Mays Gilliam diiringi lagu kebangsaan AS yang dinyanyikan dengan gaya rap. Yang melintas di benak saya (ini bayangan liar yang hampir 100 persen hanya lamunan), andai Matt Jabrik terpilih sebagai Walikota KK, setelah pelantikan, masih dengan uniform putih-putih dengan aneka lambang heran sebesar tatakan cangkir di dada, bukan tak mungkin dia langsung menyandang gitar dan memainkan Nothing Else Matters-nya Metalica.

Kalau itu terjadi di kehidupan nyata, diundang atau tidak, dipagari barisan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sekali pun, saya akan menerobos dan ikut bergoyang. Bagi para penggemar rock dan metal, melewatkan Metallica tergolong pelanggaran sangat serius.

Bayangan Walikota Bergitar (kurang lebih asosiasinya sama dengan ‘’Satria Bergitar’’ ala Rhoma Irama), terus lalu-lalang di kepala saya ketika membaca di beberapa situs berita bahwa Ahmad Ishak turut mendaftar sebagai calon Walikota di PDI Perjuangan KK. Bila pun yang dia lakukan sekadar olok-olok orang kurang kerjaan, saya memutuskan mendukung sepenuh hati.

Politik di negeri ini, khususnya di Mongondow, lebih khusus lagi KK, hampir pasti dimaknai sebagai urusan maha serius, bahkan cenderung menyeramkan. Kecuali Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sehan Lanjar, hampir seluruh politikus di Mongondow yang saya kenal, berubah jadi sosok yang lain ketika berada di posisi elit atau berhasil menduduki jabatan publik signifikan. Bukan hanya bersulih jadi ‘’jaim’’ dan di mana-mana terus memasang serius, tapi juga dengan cepat berubah jadi monster dalam pengertian sebenarnya.

Saya hampir tidak pernah melihat (sekali lagi, kecuali Sehan Lanjar) ada Bupati, Wakil Bupati (Wabup), Walikota atau Wawali di Mongondow yang tertawa lepas dan bersikap sebagai manusia yang kita semua kenal selama bertahun-tahun. Mereka sudah menjadi orang lain. Bupati Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Herson Mayulu yang juga sepupu saya, lebih mirip ustadz ketimbang politikus; Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong), Salihi Mokodongan, yang akhir-akhir gemar memajang foto-foto yang meniru gaya Presiden Soekarno; atau Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Hamdan Datunsolang, yang diam-diam menghanyutkan.

Bagaimana dengan Walikota KK, Djelantik Mokodompit? Yang saya perhatikan, satu-satunya yang saya kenal persis yang tak berubah dari dia adalah kebiasaan dusta dan tak tahu diri. Apalagi yang bisa dikomentari dari seorang Walikota yang tidak segan-segan meminta dirinya dipilih kembali di sembarang tempat, tak peduli itu pesta pernikahan, kedukaan, atau bahkan sekadar kumpul-kumpul yang semestinya cukup diisi dengan omong kosong sosial biasa?

Ahmad Ishak, tak pelak, menjadi lonceng yang mengingatkan warga Mongondow, khususnya KK, bahwa politik dan politikus bukanlah satu-satunya urusan yang jadi gantungan hidup-mati orang banyak. Dia juga mewakili semangat mengingatkan Parpol dan pengurusnya di KK, bahwa di luar nama-nama yang kini bersiliweran, banyak orang dan tokoh mumpuni yang mampu menjadi pemimpin publik. Kalau pun mereka tak tampil ke permukaan (ini sekaligus tafsir tambahan saya), lebih karena secara sistematis kita semua memang menjadikan politik seolah-olah hanya terpusat pada sejumlah orang yang ditokohkan.

***

Kegenitan Ahmad Ishak mengkampanyekan di sebagai calon Walikota KK 2013-2018 boleh ditanggapi serius, halal pula dianggap sebagai sekadar sinetron komedi-politik. Toh di tengah pikuk pemilihan Walikota dan Wawali KK yang kini bagai laku bebek di pagi hari, dia justru mungkin sedang asyik menyeruput kopi dan memainkan gitar sembari cengar-cengir.

Sekali pun demikian, sebagai penggemar komedi, saya percaya Matt Jabrik tetap calon Walikota KK 2013-2018.***