Terantuk Bongkahan Congkak! oleh Fahri Damopolii yang disiarkan
di harian yang sama, Senin (28 Mei 2012), tetap setia dengan kekacauan
subtansi. Sekadar mencakar-cakar ke segala arah, menghina-hina dan melecehkan
saya pribadi (benar-benar pribadi), tetapi dengan dasar yang selembut pasir
hisap. Kian banyak yang dia tulis, makin dalamlah yang bersangkutan terperosok.
Peribahasa
Indonesia selalu mengutip keledai sebagai binatang bodoh dan suka terantuk
kedua kali di lobang yang sama. Sayang hanya sampai di situ, karena belum ada
pengandaian untuk makluk hidup yang bukan hanya terantuk tetapi menceburkan
diri berkali-kali ke satu ceruk yang sama.
Apa
yang ditulis Fahri Damopolii sementara saya ‘’aminkan’’ dulu dan akan direspons
khusus di tulisan lain. Kali ini saya akan menegaskan (setegas tulisan-tulisan
sebelumnya) bahwa kualitasnya, baik sebagai pribadi maupun pegawai negeri sipil
(PNS) di Pemerintah Kota Kotamobagu (Pemkot KK), memang cuma setara daong lemong (kreatif betul orang yang memulai
olok-olok ini).
Kalau
sebelumnya saya membuktikan dia pengecut, recehan, tidak tahu diri (betapa
banyak waktu luangnya sebagai PNS KK hingga leluasa mengurusi hingga rumah
tangga daerah lain), dan culas. Kini terpaksa harus menambah lagi dengan sebutan
hemaprodit dengan kecenderungan lebih ke arah bukan laki-laki tulen.
***
Di
penerimaan calon PNS KK 2008, Fahri Damopolii tercatat sebagai salah seorang
yang lulus tes. Setahun kemudian, di bawah kepemimpinan Walikota Djelantik
Mokodompit-Wakil Walikota (Wawali) Tatong Bara, dilakukan lagi tes yang sama,
yang berujung kisruh karena dugaan kongkalingkong dan manipulasi.
Tiga
tahun kemudian skandal CPNS itu menyeret sejumlah birokrat elit KK ke meja
hijau. Secara mengejutkan, di depan persidangan hidung Walikota dan Wawali
ditujuk sebagai dua orang di balik ‘’hompimpa’’ yang mendudukkan mereka di kursi pesakitan. Dengan kata lain,
seharusnya pasangan pimpinan pemerintahan KK itu turut diseret ke depan hukum.
Khusus
Walikota KK, kita semua belum lupa bagaimana mulut besarnya menjamin tak ada
skandal dalam penerimaan CPNS 2009. Semua akan beres dan kalau tidak,
jabatannya yang dipertaruhkan. Skandal terbukti ada, tapi Walikota pura-pura
lupa pada omongannya dan terus bertahta dengan nyaman.
Kemana
Fahri Damopolii dengan energi luar biasa kritisnya, yang berani memaki-maki dan
menyerang saya pribadi? Apa sikap dan kritiknya terhadap isu manipulasi tes
CPNS dan kebohongan Walikota itu?
Di
tengah guliran masalah CPNS, isu relokasi Pasar Serasi (yang bakal diganti
dengan pusat belanja modern) meruyak dengan aktor utama –sekali lagi—Walikota
KK. Tanpa sepengetahuan DPR KK, tanpa Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW),
tiba-dia dia memaklumatkan adanya kesepakatan dengan pihak swasta. Di lain
pihak, pedagang yang akan direlokasi ke tempat baru, Pasar Genggulang dan Pasar
Poyowa Besar, disodori fasilitas dengan kondisi merana.
Anggaran
pembangunan Pasar Genggulang dan Pasar Poyowa Besar tanpa segan saya tuduh
sudah jadi bulan-bulanan korupsi.
Relokasi
Pasar Serasi yang sangat dipaksakan oleh Walikota KK beranak-pinak perkara
lain, dari gugatan mereka yang mengaku ahli waris sebagian lahannya hingga
perseturuan Djelantik Mokodompit pribadi dan anggota DPR RI asal Sulut, Yasti
Mokoagow. Kisruh dua orang ini bahkan menyeret-nyeret sekelompok orang atas
nama Lembaga Adat, yang bersidang dan memutuskan dijatuhkannya sanksi terhadap
Yasti Mokoagow. Hari ini sanksi itu tak ketahuan lagi sudah berlabuh di laut
mana.
Di
mana Fahri Damopolii berada dan apa suaranya merespons isu Pasar Serasi dan
turunannya? Mana yang lebih penting, mengejek-ngejek saya agar dia tampak sungguh
dungu atau mengurusi kepentingan orang banyak dengan mengontrol sepak-terjang
pemimpin seperti Djelantik Mokodompit?
Pasar
Serasi masih bergolak, Walikota KK yang entah mendapat wangsit dari langit
mana, memprogramkan pembongkaran Mesjid (Jami’) Baithul Makmur. Janjinya akan
diganti dengan yang lebih baik, bukan sekadar masjid, tetapi pusat peradaban Islam
di KK. Mengingat perilaku Djelantik Mokodompit selama ini, saya tidak heran
kalau rayapan siput lebih cepat dari pembangunan masjid pengganti Baithul
Makmur dan fasilitas pendukungnya.
Eh,
apa yang diperbuat Fahri Damopolii melihat apa yang dilakukan Pemkot dan
Walikota KK terhadap Mesjid Baithul Makmur? Ada dia membuka mulutnya sedikit
saja atau menuliskan dua-tiga patah kata di media?
Sekarang
tibalah kita di Hari Ulang Tahun (HUT) KK ke-5 yang dirayakan Rabu, 23 Mei
2012, dimana Walikota merekahkan senyum bangga disujudi ribuan siswa Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) serta suguhan kampanye narsis kain
rentang ‘’Lanjutkan’’. Keterlaluan, koreografer dan panitia yang mengatur sujud
massal dan orang-orang yang disujudi harus disebut ‘’biadab’’. Sedangkan
kampanye kain rentang mendukung Walikota di Pemilihan Walikota (Pilwako) yang
baru dilaksanakan 2013 mendatang, adalah fakta betapa mengerikannya rajalela
penyakit ‘’tidak tahu diri’’ di KK.
Si
hebat Fahri Damopolii pasti diam saja melihat pertunjukan tak beradab itu, kan?
Selain karena ilmu nalar, logika dan kepekaannya belum memadai, dia juga tak
cukup punya nyali.
***
Mencaci-maki, menghina, dan melecehkan saya pribadi atas
nama keseimbangan perasaan (sebagai balasan kemarahan banyak orang karena kritik
saya), bagi orang seperti Fahri Damopolii tampaknya dimaknai sebagai tindakan
heroik. Keheranan saya adalah, siapa saja yang memberi kuasa padanya? Tidak
ada, sebab sebagai PNS dengan ambisi mengangkasa, dia suka rela ditulari penyakit
tidak tahu diri kronis yang umum diidap tokoh-tokoh publik di KK.
Bukankah lebih gagah, sebagai PNS dan penduduk KK, dia
menggunakan daya yang dikira sebagai kehebatan untuk mengoreksi, mengkritik,
dan bila perlu mencaci politikus dan birokrat yang tak becus melaksanakan
tanggungjawabnya.
Namun, dengan penuh simpati, berkaitan dengan isu-isu yang
dipapar di atas, saya berkeyakinan Fahri Damopolii tidak beda dengan anjing
yang terkaing-kaing dengan ekor terlipat di antara dua kaki belakang. Atau,
yang lebih manis, dia sebaiknya menggenakan penjepit rambut merah marun, tas
tangan kecil dan sepatu high heels
berwarna sama, serta dipadu atasan putih dan rok hitam. Sebagai penyempurna,
saya akan mengirimkan bedak dan lipstick
yang cocok (juga pelatih olah lidah) agar dia tampil prima di hadapan Walikota
KK.
Ke alamat manakah saya harus mengirimkan alat-alat
mempercantik diri itu?***