DI
LAPANGAN Molinow, Selasa, 17 Mei 2016, Sehan
Landjar naik podium menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai Ketua DPW PAN
Sulut 2016-2021. Sebagaimana biasa, Eyang--demikian dia akrab disapa--adalah
orator piawai dan memukau. Dia meneguhkan sikap, visi, dan misi
kepemimpinannya, yang sekejap membuat semua orang tak ragu menjadikan ''Rumah
PAN'' sebagai pilihan politik.
Dari kejauhan, satu hari berselang, saya
menyimak dengan haru isi pidato Eyang. Saya tak ragu pula meng-amin-kan
filosofi kucing yang, menurut dia, menjadi nafas dan urat nadi kepemimpinan
sebagai Ketua DPW. Menurut Eyang, sebagaimana yang dinukil totabuan.co (Selasa, 17 Mei 2016), Sehan Landjar Layangkan Kata
‘Sindiran’ Saat Sambutan (http://totabuan.co/2016/05/sehan-landjar-layangkan-kata-sindiran-saat-sambutan):
''Lihatlah seperti kucing. Meski tuan rumah berganti-ganti, akan tetapi dia
tetap setia berada di rumah. Jangan seperti Anjing. Hanya selalu suka kepada
tuannya saja dan rela meninggalkan rumah.''
Eyang tentu hendak membicarakan kucing
rumahan yang dipelihara dengan telaten. Disediakan keranjang tidur beralas blanket empuk, makanan kualitas terbaik,
mainan bola-bola benang (yang sangat digilai semua jenis pus), tempat pup dari
pasir terpilih, dan jika perlu disalonkan supaya bulunya lembut mengkilap. Anjing
yang dia bahas juga bukan yang sekadar dipelihara sebagai tukang gonggong,
tetapi yang dirawat dan disediakan segala kebutuhannya, termasuk rutin diajak
berjalan-jalan setiap pagi dan sore. Yang tak alpa menemani tuannya mulai dari
nonton tivi, bertandas, hingga ngorok dalam lelap.
Dia pasti tak memaksudkan filosofi kucing
itu untuk jenis kucing garong (terlebih yang garang pula). Kucing yang dipungut
begitu saja dari jalanan ketika mengais-ngais tong sampah. Yang mesti tunduk
bersyukur sebab diberi kehangatan sebuah rumah. Yang tidur di sofa sebelum
ditendang turun. Yang makan tulang dan sisa kudapan tuannya. Yang berak sembari
menggali tirisan air. Yang hanya punya mainan tikus mati sebelum dijadikan
santapan.
Para penggemar kucing tahu persis, kucing
garong tetaplah kucing garong. Dirawat dan diperlakukan seperti apapun tidaklah
memapas punah insting alamiahnya. Sudah punya rumah, tapi tetap kerap doyan
mengorek-ngorek tong sampah atau diam-diam menyusup ke dapur tetangga,
menciptakan pertengkaran, sebab ikan asin garo
rica yang tersaji hanya meninggalkan rica-nya
saja.
Anjing yang ditunjuk bukan pula jenis
kurapan yang pasrah ditendang dan diperanjing-anjing. Yang menggonggongi apa
saja, termasuk semua bayangan dan sinar bulan. Yang memprovokasi tetangga
menyiapkan racun supaya kehidupannya tenteram kembali bersama tewasnya ''si
sialan perusak ketenangan''.
Pokoknya, pidato Eyang di pelantikannya
sebagai Ketua DPW PAN Sulut berkualitas ''top''. Juga, menurut saya, bukan
sindiran sebagaimana judul yang disematkan totabuan.co.
Ini media doyannya kok memprovokasi. Saya
yakin, apa yang dimaksudkan Eyang dengan filolofi kucing-nya, tak lain adalah
isyarat rekonsiliasi dan undangan perguyuban dari samua kader PAN di Sulut,
agar berhimpun di rumah yang sama, berbagi keranjang dan blanket, makanan, mainan, tempat pup, dan salon yang sama.
Kucing rumah tidak bakal cakar-cakaran di
antara sesamanya. Bahkan mereka akan kompak jika ada kucing garong yang
tiba-tiba mengintervensi rumah bersamanya. Dan Eyang terlalu jernih dan jelas
untuk disalahartikan. DPW PAN Sulut yang dia pimpin adalah rumah buat kucing
yang menjadi teman, bukan tempat kucing garong: para pengorek tong sampah serta
pencuri ikan di meja sendiri dan di bawah tudung saji tetangga.
Sejujurnya, saya meluputkan ingatan
terhadap pidato filosofi kucing itu di tengah meningginya suhu politik Pilkada
Bolmong 2017, yang ditandai pendaftaran bakal Cabup-Cawabup, Rabu, 21 September
2016. Untung seorang kawan mengirimkan kembali tautan isi pidato itu, yang
sekaligus menyelamatkan saya dari silap.
Kealpaan saya itu tak beda dengan
kekeliruan ketika mencela Marsaole Mamonto pada Sabtu, 4 April 2015, lewat
unggahan Eyang: Dari ''Darling'' ke ''Ayu
Ting Ting''. Saudara Marsaole, lewat
tulisan ini izinkan saya meminta maaf. Bahwa ternyata Anda benar ketika dikutip
oleh Harian Sindo Manado, Selasa, 31
Maret 2015 (Eyang Kans Gantikan Tatong),
sebab sejarah politik kontemporer Sulut kemudian membuktikan Eyang sukses
ditunjuk menjadi Ketua DPW PAN. Supaya tak kehilangan muka, perbolehkanlah pula
saya berkilah, bahwa PAN memang partai yang melahirkan banyak keajaiban dalam
keputusan politiknya. Termasuk yang paling tidak dijangkau logika dan nalar
politik normal.
Demi menjaga Eyang tak terperosok pada alpa
dan silap, melihat manuver politiknya yang bersikukuh mendukung SBM-JT,
alih-alih YSM-YT yang resmi dicalonkan (antaranya) oleh PAN di Pilkada Bolmong
2017, saya terpaksa mesti mengingatkan dia terhadap tekad mempraktekkan
filosofi kucing di Rumah PAN Sulut yang dipimpinnya. Kemanakah ingatan itu,
Eyang, ketika Rumah Besar DPP PAN sudah memutuskan YSM-YT sebagai menu utama dan
Anda justru melompat ke dapur tetangga?
Apakah unggahan totabuannews.com, Kamis, 22 September 2016, SBM-JiTu, The Power Of People ! Eyang, MMS, Djelantik dan ADM Masuk Tim
Pemenangan (https://totabuanews.com/2016/09/sbm-jitu-power-people-eyang-mms-djelantik-dan-adm-masuk-tim-pemenangan)
sekadar bual-bual wartawan? Atau Sehan:
Saya Tidak Wajib Dukung Yasti yang dirilis kabarbmr.com, Rabu, 21 September 2016 (http://www.kabarbmr.com/2016/09/21/sehan-saya-tidak-wajib-dukung-yasti/)
cuma kabar burung yang dikemas seolah-olah fakta?
Bolehkah saya mengingatkan, bukankah kucing
yang benar-benar mencintai rumahnya tidak akan melepeh makanan jenis apa yang
disajikan tuannya? Kalau pun santapan itu bikin buluh rontok, perut kembung,
atau demam kucing, percaya saja: di
rumah yang benar-benar mencintai kucing tersedia aneka jenis obat untuk
penyakit kucing. Bahkan kucing cacingan dan sekarat pun bakal selamat, dengan
mudah dan sekejap sehat wal afiat,
karena dapat dipastikan dirawat hingga bugar.
Sebab, masak iya filosofi kucing yang Eyang
maksudkan termasuk kucing garong, yang cuma
dipungut di selokan dan akhirnya bikin malu,
karena sekali pun telah kenyang di rumah sendiri, masih pula mengutil
dapur dan meja tetangga? Apa tidak memalukan jika nasib kucing paling besar
dari Rumah PAN DPW Sulut berakhir hanya sebagai sasaran gebuk tangkai sapu tuan
rumah sendiri dan para tetangga?
Dan yang terpenting, jangan lupa, nasib
kucing garong biasanya selalu kembali ke selokan atau tong sampah, dengan
bulu-bulu kusut dan kumis lunglai.***
Singkatan
dan Istilah yang Digunakan:
Bolmong: Bolaang Mongondow; Cabup:
Calon Bupati; Cawabup: Calon Wakil
Bupati; DPP: Dewan Pengurus Pusat; DPW: Dewan Pimpinan Wilayah; PAN: Partai Amanat Nasional; Pilkada: Pemilihan Kepala Daerah; SBM-JT: Salihi B. Mokodongan-Jefry
Tumelap; Sulut: Sulawesi Utara; dan YSM-JT: Yasti Soperedjo Mokoagow-Yani
Tuuk.